Petunjuk7.com - Sistim belajar melalui daring atau online dimasa pademi Covid -19 mulai menimbulkan masalah bagi sebagian orang tua peserta didik. Pasalnya mereka mengaku kerepotan mendampingi para anaknya saat proses pembelajaran mata pelajaran sekolah secara daring tersebut.
Terutama bagi orang tua yang bekerja, apalagi tidak memiliki telepon gengam jenis android. Begitulah yang dialami sebagian para orang tua di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara.
Itu tertuang dalam surat edaran Menteri Pendidikan Republik Indonesia melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Karo tentang pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19) tertanggal 17 Maret tahun 2020 silam, agar melaksanakan pembelajaran dirumah melalui daring.
Sehingga dengan metode daring diharapkan peserta didik tetap mendapatkan pembelajaran, meskipun tidak bertatap muka dengan pendidik.
Namun dalam perkembangannya, sistem itu tidak dapat dilaksanakan pada semua sekolah, terutama ditingkat Sekolah Dasar (SD) dan sebagian daerah pinggiran.
Mengingat kemampuan para peserta didik dalam akses pembelajarannya tidak memadai. Belum lagi kendala sebagian para orang tua yang bekerja, dan tidak memiliki telepon gengam jenis android di tengah jaringan sinyal yang tidak stabil di daerah pelosok.
Demikian diungkapkan oleh salah satu orang tua peserta didik yang bernama D Ginting (42) kepada wartawan www.Petunjuk7.com, Jumat (31/7/2020) siang.
Ia mengaku merasa kesulitan dalam pembelajaran mengikuti sistim daring.
"Jelas Bang, saya sebagai orang tua siswa merasa kesulitan dalam pendampingan pembelajaran anak. Pertama saya bekerja, sehingga saya sangat repot harus membagi tugas antara pekerjaan dan pendampingan anak saya. Belum lagi untuk membeli paket data yang kebutuhanya meningkat semenjak pembelajaran dirumah," ungkap D Ginting dengan nada sedih.
Hal itu diakui oleh salah satu Kepala Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Berastagi yang namanya tidak bersedia disebutkan berinisial SP, menjelaskan, “memang dengan sistim pembelajaran daring ada kelemahanya," jelasnya.
"Karena tidak semua muridnya itu memiliki handphone. Belum lagi kemampuan orang tua dan pekerjaan orang tua yang berbeda - beda. Sehingga belajar daring dinilai belum bisa efektif. Tapi untuk kondisi dimasa pademi Covid - 19 hanya metode daring yang bisa dilaksanakan untuk pembelajaran.
Sekolah kami juga menggunakan metode daring, dengan memberikan tugas kepada siswa melalui grup Whatshapp. Tugas yang di berikan juga disesuaikan dengan kesepakatan guru dan orang tua siswa. Intinya, jangan sampai membebani siswa dan orang tua peserta didik," kata Kepala Sekolah yang selalu tampil rapi ini.
Nah, di tempat terpisah, beda pengakuan D Ginting, beda pula pengakuan Neni Br Tarigan. Ia satu orang tua peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Berastagi.
"Disamping pembelajaranya tidak maksimal, uang beli paket data pun tidak tertahan lagi. Contohnya anak saya ya, untuk beli paketnya saja pun sudah menghabiskan uang sebanyak Rp40 ribu setiap minggunya. Sementara pekerjaan saya pun cuma mocok - mocok di ladang orang," ungkap Neni.
"Jadi harapan saya selaku orang tua siswa, kalau sudah bukanya objek wisata, ya saran saya , mending di buka saja sekolah itu atau di jaga sosial distancing. Yang saya takutkan nantinya, anak - anak ini bisa bodoh. Kita pikir nanti belajar , eh rupanya sudag sibuk cettingan dengan teman - temanya," sebut Neni.
(KS).