Sumatera Utara - Seorang petani di Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mengungkapkan, usai panen bawang merah miliknya untuk harga jual berkisar Rp6000 - Rp8000. Akibatnya, petani mengalami kerugian.
"Kemarin seminggu yang lalu harga masih sempat Rp15000, sekarang Rp6000. Dan paling tinggi Rp8000 jenis super yang sudah kering, " terang Almustan Girsang (70) kepada www.petunjuk7.com, Senin (29/1).
Dia berharap pemerintah melihat masalah harga bawang merah yang saat ini anjlok, sangat merugikan petani.
Alasannya jelas Almustan, biaya untuk menanam dan merawat bawang merah termasuk mahal, sehingga tidak sesuai dari hasil yang didapat ketika para petani panen dan menjual.
"Harga pupuk dan obat untuk hama digunakan sistim seprot seperti fungisisa dan pestisida biayanya mahal, yang rutin dilakukan petani pada saat proses penanaman dan perawatan bawang," tuturnya.
Memang kata Almustan, bukan ia saja yang merasakan. Para petani di Tongging ikut merasakan anjloknya harga bawang merah.
Diakuinya, anjlok harga bawang merah kerap terjadi apalagi sejak tahun 2017 silam, hingga saat ini.
"Sekarang sebagian para petani ada yang menanam cabe, termasuk saya. Karena harga Rp6000 tidak ada untung bagi para petani," tandasnya.
Untuk diketahui, Desa Tongging di Provinsi Sumatera Utara merupakan sentral penghasil bawang merah. Wilayah yang berdekatan dengan air terjun Si Piso - piso dan Danau Toba ini memiliki kesuburan tanah bagi para petani. Selain itu, Kabupaten Karo memang merupakan wilayah pertanian yang kaya kesuburan tanah. Rij/petunjuk7.com).