Petunjuk7.com - Petani jeruk di Desa Kutambelin, Kecamatan Laubaeng, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara, mengeluh. Pasalnya, harga jual jeruk milik petani anjlok. Akibatnya, petani merugi yang dikategorikan gagal panen.
Demikian disampaikan dua orang petani yang merupakan abang - adik ini: Nirwan Surbakti (44) dan Makmur Surbakti (52) kepada www.petunjuk7.com, Minggu (24/2/2019) mengungkapkan, soal harga jeruk yang anjlok dipasaran.
Makmur menjelaskan, mereka menanam tanaman jeruk diatas lahan sepuluh (10) hektare. Saat ini, lanjutnya, sudah menghasilkan buah yang sudah menguning, menutupi dedaunan hijau dan siap panen.
Namun, meski memasuki masa panen, tetapi lantaran harga jual jeruk anjlok berkisar dipusaran Rp4000/Kg. dibiarkan jatuh ke tanah.
"Kemungkinan buah yang sudah mulai masak kan berguguran, dan jatuh ketanah. Sehingga di musim panen tahun ini kami gagal panen. Harga sewajarnya untuk daerah di desa kami ini harga paling rendah Rp 7000/Kg. Itu pun masih harga balik modal," ungkapnya.
"Karena jalan ke desa kami ini sangat rusak, belum lagi perjalanan yang mencapai ber jam - jam menempuh Desa Kutabangun," ungkap Makmur dengan memelas.
Ditambahkan Makmur, jika harga jeruk tidak naik dalam waktu dekat ini, dia mengharapkan Dinas Pertanian Kabupaten Karo memperhatikan nasib petani jeruk.
"Supaya memperhatikan keluhan lara petani yang berada di pedalaman ini jika bekenan. Pemerintah sudah saatnya mendirikan pabrik jeruk untuk mengatasi buah yang sudah masak yang tidak layak lagi di kirim ke pasaran dan di masukkan kepabrik untuk minuman buah jeruk segar," pintanya.
Selain itu, Makmur juga berharap mengenai sosialisasi tentang bercocok tanam.
"Sangat kami harapkan kedatangan PPL ke desa kami. Karena kami masih ingin belajar bagaimana bercocok tanam yang semestinya," imbau Makmur.(Sangap.S).