Petunjuk7.com - Jika kecepatan pertumbuhan ekonominya tetap seperti saat ini, Indonesia diperkirakan menjadi salah satu negara paling kuat di dunia dalam beberapa dekade mendatang.
Namun di tengah isu kebangkitan China yang terus membayangi kebijakan luar negeri Australia, pertumbuhan Indonesia tersebut nyaris tak mendapat perhatian yang memadai.
Hal itulah yang dibahas pakar strategi Profesor Hugh White dari Australian National University dalam esai utama majalah Australian Foreign Affairs terbaru.
"Indonesia, tetangga di sebelah kita, akan menjadi negara yang sangat kaya dan karenanya sangat kuat. Dan kita belum memikirkan apa yang harus dilakukan (menghadapi hal itu)," kata Prof White.
Menurut Prof White, Pemerintah Australia saat ini memperkirakan perekonomian Indonesia akan menjadi tiga kali lebih besar dibanding Australia pada 2030. Bahkan mungkin menjadi yang terbesar keempat di dunia pada 2050.
"Perekonomian Indonesia terbilang lucu. Pasalnya, dalam beberapa hal terlihat sangat tidak terorganisir. Begitu banyak korupsi. Sistem hukumnya buruk dan besarnya nasionalisme yang bisa menghambat perdagangan," katanya.
"Namun faktanya, sudah begitu lama negara ini tumbuh rata-rata 5 atau 6 persen per tahun. Dan sepertinya tidak ada alasan untuk tidak terus seperti itu," tambahnya.
Dua cara Australia melihat Indonesia
Prof White menjelaskan ada dua cara bagi Australia dalam melihat pertumbuhan Indonesia. Yaitu, sebagai potensi ancaman, atau sebagai aset strategis di kawasan ini ketika dinamika kekuatan mulai bergeser ke China.
"Secara tradisional kita melihat Indonesia sebagai tetangga yang sulit dihadapi, sangat dekat dan berpotensi mengancam Australia," jelasnya.
"Umumnya kebijakan pertahanan Australia selama beberapa dekade sangat terfokus pada kemungkinan terjadinya konflik dengan Indonesia," tambahnya.
Dalam artikelnya itu Prof White menyebut Indonesia yang kuat dan memiliki tujuan yang sama dengan Australia akan menjadi "aset besar".
Sebaliknya, justru bisa menimbulkan "ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya" bagi Australia.
Sehingga, katanya, apa pun yang menjadi pilihan Indonesia, jauh lebih penting bagi masa depan strategis Australia dibandingkan masalah lainnya.
"Dia satu-satunya tetangga kita yang cukup kuat dalam bekerja sama mengamankan kawasan ini," kata Prof White.
"Sama seperti Australia, Indonesia juga agak khawatir dengan perkembangan kekuatan China, tidak ingin berada di bawah bayang-bayang China," tambahnya.
Awal tahun ini Indonesia dan India menandatangani komunike yang menekankan pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang "berdasarkan aturan".
Hal itu ditafsirkan sebagai reaksi terhadap tindakan China di Laut China Selatan.
Indonesia tidak memiliki sengketa teritorial dengan China di perairan tersebut. Namun China mengatakan kedua negara memiliki "klaim tumpang tindih" di wilayah yang menurut Indonesia adalah bagian dari zona ekonomi eksklusif (ZEE), yang menyebabkan bentrokan dalam beberapa tahun terakhir.
Hindari hubungan transaksional
Menurut Prof White, Australia tidak bisa begitu saja meminta Indonesia melakukan apa yang harus dilakukan, sehingga dialog berkelanjutan mengenai kepentingan bersama menjadi sangat penting.
Australia juga perlu memperkuat hubungannya dengan Indonesia, yang menurut Prof White, menjadi "sangat transaksional" belakangan ini.
"Hubungan dengan Indonesia bisa lebih penting daripada hubungan mana pun yang kami miliki, dalam membantu menghadapi kebangkitan China dan perubahan yang akan ditimbulkannya di Asia," jelasnya.
"Mereka bekerja sama pada isu-isu spesifik seperti terorisme atau manusia perahu. Namun belum membangun basis pemahaman dan kerja sama strategis yang luas, yang menurut saya akan sangat penting bagi kepentingan Australia," paparnya.
Seorang juru bicara Deplu Australia mengatakan Indonesia adalah salah satu mitra bilateral terpenting negara ini.
"Kami memiliki hubungan erat, komprehensif dan lama, mencakup berbagai bidang mulai dari ekonomi, perdagangan dan investasi, hingga pertahanan-keamanan, hubungan antarwarga, pariwisata dan pendidikan," katanya.
"Menteri Luar Negeri akan mengunjungi Indonesia bulan depan, kembali menunjukkan pentingnya hubungan ini," tambahnya.
Sumber:ABC.net.au