Zaini Rahman: Full Day School Diduga Sindikasi Investasi
Jakarta - Mantan legislator periode 2009-2014 Zaini Rahman menduga sindikasi investasi wisata turut mendukung bergulirnya kebijakan Full Day School (FDS).
Menurutnya, FDS yang mengharuskan 5 hari dan 8 jam belajar tersebut seolah menunjukkan kesengajaan mengalokasikan dua hari libur sekolah bagi anak didik dan keluarganya untuk liburan wisata.
"Yang saya khawatirkan, ini sebenarnya misi bisnis pariwisata. Jangan-jangan ini sedang ada upaya mempropspek bisnis pariwisata. Dimana para investor di bisnis pariwisata ini banyak asing," ujar Zaini kepada Jurnas.com di Jakarta, Ahad (13/8).
Zaini menegaskan pendidikan merupakan basis utama bagi pembangunan karakter anak didik bangsa. Karena itu, Ia berharap pemerintah lebih memprioritaskan kepentingan pembangunan anak didik pada setiap kebijakan yang diterapkannya.
"Jadi jangan korbankan pendidikan karakter bangsa ini hanya untuk pariwisata. Kalo untuk pengembangan ekonomi khan tidak semata pariwisata. Tidak harus mengambil jalan yang mengorbankan pendidkan," ungkapnya.
Zaini menilai Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Muhadjir Effendi asal asalan mencetuskan FDS.
Pasalnya, kebijakan yang dikeluarkan melalui Permen nomor 23/2017 tersebut tanpa diaertai kajian akademik yang kompreahensif.
Lebih lanjut Zaini menekankan pemerintah sadar bahwa pendidikan di Indonesia didominasi sekolah berbasis madrasah dan pesantren dengan akumulasi murid yang mencapai jutaan.
"Dan sudah pasti ada korelasi langsung jika FDS diterapkan. Pasti berdampak pada tersingkirnya peran sekolah diniyah. Karena hari ini, sekolah diniyah itu dimulai dari siang. Jadi siswa sekolah umum negeri yang selama ini sekolah dari siang sampai sore di diniyah, itu dengan sendirinya akan tercerabut dari diniyah. Karena harus mengikuti program di sekolah umumnya. Sementara di sekolah umum itu belum tentu punya fasilitas, guru dan lingkungan yang sama, yang tersedia di sekolah diniyah," paparnya.
"Sejarah mencatat, pendidikan nasional dibangun dari metode belajar madrasah. Adapun sekolah umum negeri, itu sebenarnya satu formalisasi bergaya belanda ketika itu. Nah, pendidikan karakter terbesar itu ada diaekolah diniyah. Sementara di sekolah umum, itu lebih PA ilmu ilmu mekanis. Ilmu pengetahuan murni",Zaini mengungkapkan
Zaini memaparkan setidaknya terdapat tiga aspek penting untuk meningkat kualitas pendidikan yang berorientasi pada pembangunan karakter anak didik bangsa. Diantaranya, sebutnya, kurikulum, lingkungan sekolah, dan guru pengajar.
"Misalnya, kenapa tidak lebih mereformasi tiga hal ini Kementerian Diknas itu," tandasnya. (jurnas)