UNESCO Geopark, Cerita Warga 15 Tahun Silam Tentang Ahli Geologi Meneliti Danau Toba di Tongging
Saat ini pemerintah bersama seluruh elemen organisasi, swasta dan masyarakat turut serta mendukung Danau Toba jadi bagian UNESCO Global Geopark.
Petunjuk7.com - Bagi J.Situngkir (52), menyambut baik langkah yang dilakukan pemerintah bersama semua pihak yang berupaya memasukkan Danau Toba menjadi bagian UNESCO Global Geopark.
Memang kata warga Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Propinsi Sumtra Utara ini, tentu menjadi sebuah kebanggaan.
Karena terang J.Situngkir, dampaknya, dia menilai mampu mendongkrak perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata dan lain sebagainya.
Kehadiran Ahli Geologi di Tongging
Selain berupaya mendongkrak perekonomian masyarakat, J.Situngkir menceritakan, tentang kedatangan para ahli Geologi di Desa Tongging, lima belas (15) tahun silam.
"Waktu itu 15 tahun silam, datang para ahli geologi ke Desa Tongging melakukan penelitian," sebut J.Situngkit kepada www.petunjuk7.com, Jumat (33/11/2018) menceritakan kedatangan para ahli geologi tersebut.
Dijelaskan J.Situngkir, para ahli geologi datang ke Desa Tongging guna melakukan penelitian dan meneliti tentang bebatuan disana, serta mencari lintasan gunung aktif.
"Mereka ada membawa alat yang dimasukkan kedalam tanah dengan kedalaman sekitar 5 meter. Kemudian diatas alat tersebut, dengan radius 5 meter dilarang dilintasi masyarakat. Semacam kameralah alatnya," ungkapnya warga kelahiran Tongging ini.
"Mereka pun bukan hanya di Desa Tongging saja. Mereka berpencar keseluruh wilayah yang ada di kawasan Danau Toba," ungkapnya.
Dari informasi yang didapat J.Situngkir saat para ahli geologi mengadakan penelitian di Desa Tongging, bahwa Danau Toba berasal dari letusan gunung aktif yang meletus, sehingga abu vulkaniknya sampai ke Kutub Utara.
"Mereka mencocokan batu yang ada di Kutub Utara dengan di kawasan Danau Toba yang termasuk Desa Tongging. Lantaran letusan gunung menurut para ahli geologi berasal dari Danau Toba," ujarnya.
Selain itu, papar J.Situngkir, informasinya lagi bahwa, "akibat letusan abu vulkanik dari gunung di Danau Toba tidak satu pun tumbuh di Kutub Utara. Tapi ada satu tanaman yang tumbuh namanya ginseng yaitu semacam obat tetes mata," kata J Situnggir (50) menirukan perkataan para geologi saat meneliti kawasan danau Toba yang salah satunya di wilayah Desa Tongging.
Lantas terangnya, muncul kebijakan dari presiden kala itu. "Diberikan pengawasan dan pelestarian kawasan Danau Toba. Tujuannya, supaya air Danau Toba dapat diminum kembali seperti semula. Namanya dulu mual natio ( mata air yang bersih). Setelah para ahli geologi meneliti kawasan Danau Toba. Itulah kebijakan pemerintah, supaya para pengunjung dan masyarakat sekitar melestarikan Danau Toba. Contohnya tidak membuang sampah sembarangan, apalagi kerambah," tuturnya.
Danau Toba Ditulis Jadi Buku
Untuk itu, J Situngkir mengimbau dengan kebijakan presiden kala itu, ia berharap sebaiknya dibuat, di tulis menjadi sebuah buku khusus tentang bagaimana terjadinya Danau Toba. Apalagi ditengah upaya menjadi UNESCO global geopark.
Tujuannnya, kata J.Situngkir untuk ilmu pengetahuan para generasi muda saat ini.
"Jadi, jangan lisan - lisan aja. Baiknya dibukukan kemudian, diberikan kepada anak - anak sekolah. Paradigma harus dirubah. Tidak sebatas sosialisasi saja," ketusnya.
"Jadi, Danau Toba tidak hanya seputar legenda dan mito saja. Harus ada selalu estafet tentang Danau Toba. Apa itu geopark? Tentu masyarakat harus tahu. Kalau sudah dibukukan tentu generasi sekarang mudah mengetahuinya. Karena telah diteliti oleh para ahli," pintanya. (Rij/Hap).