Petunjuk7.com - Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, mengalami erupsi tidak menerus sejak tahun 2013. Karakter erupsi berupa letusan eksplosif disertai dengan pembentukan kubah lava di bagian puncak.
Tingkat aktivitas adalah Level III (saga) sejak 20 Mei 2019 silam.
Kepala Kantor Pusat Vulkanologi yang berada di Desa Ndokum Siroga, Armen Putra, ketika di konfirmasi wartawan, Selasa (2/3/2021), mengatakan, visual selama Januari hingga 1 Maret 2021 teramati hembusan gas dari kawah puncak berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis, sedang hingga tebal tinggi sekitar 50-1000 meter dari puncak.
Terjadi 37 kali erupsi ekplosif, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu setinggi maksimum 1000 m dari atas puncak.
Awan panas guguran teramati dengan jarak luncur 1500-2500 meter dari puncak, dan arah luncuran ke arah Timur, Tenggara hingga Selatan.
Guguran teramati dengan jarak luncur 100-2000 meter dari puncak, dan arah luncuran ke arah Timur, Tenggara hingga Selatan. Dan pada 2 Maret 2021, mulai Pukul 06:42 WIB terjadi rangkaian awan panas guguran dengan jarak luncur 2000 hingga 5000 m ke arah Tenggara Timur, disertai kolom asap setinggi 4000 hingga 5000 m dari tubuh aliran awan panas guguran.
Hingga pukul 08:20 WIB telah terjadi 13 kali kejadian awan panas guguran. Kegempaan: jenis gempa yang terekam selama Januari hingga Maret 2021 berupa: gempa letusan/erupsi, gempa awan panas guguran, gempa guguran, gempa hembusan, tremor non-harmonik, gempa tornillo, gempa low frequency, gempa hybrid/fase banyak, gempa vulkanik dangkal, dempa vulkanik dalam, gempa tektonik dan getaran banjir.
Kejadian gempa-gempa: Guguran, Hembusan, Hybrid, dan Low Frequency selama periode tersebut berjumlah sangat tinggi.
Pola kenaikkan jumlah gempa Low Frequency dan Hybrid teramati signifikan pada minggu pertama Februari 2021, seiring dengan mulai terjadinya awan panas guguran.
Rangkaian kejadian awan panas guguran pada 2 Maret 2021 merupakan karakter erupsi Gunung Sinabung yang telah terjadi beberapa kali sejak tahun 2013. Mekanisme kejadian awan panas guguran diakibatkan oleh adanya pembentukan kubah lava di bagian puncak, kemudian diikuti oleh adanya migrasi fluida (batuan padat, cairan, gas) ke permukaan yang mendorong kubah lava.
Migrasi fluida ini diindikasikan oleh jumlah gempa-gempa Low Frequency dan Hybrid yang tinggi.
"Pengamatan visual dan kegempaan hingga 2 Maret 2021 Pukul 9: 00 WIB menunjukkan fluktuasi dalam pola yang masih tinggi, tetapi tidak ada indikasi peningkatan potensi ancaman bahaya," ucap Armen Putra.
Ia menambahkan, erupsi eksplosif masih berpotensi terjadi, namun ancamannya hingga saat ini masih berada pada radius rekomendasi pada Level III (siaga). Kejadian awan panas guguran, awan panas letusan dan guguran batuan (lava pijar) berpotensi terjadi, seiring dengan pertumbuhan kubah lava di bagian puncak.
Ancaman bahaya sebaran material awan panas guguran, dan guguran batuan meliputi sektor selatan, timur hingga tenggara dalam radius 4 - 5 km, sedangkan sebaran material erupsi berukuran abu bisa terbawa lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin. Lahar berpotensi terjadi di lembah - lembah sungai yang berhulu di Gunung Sinabung terutama akibat curah hujan yang tinggi. Namun, berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental hingga 2 Maret 2021, dinilai tingkat aktivitas vulkanik Gunung Sinabung masih pada Level III (siaga).
Masyarakat dan pengunjung dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di desa – desa yang sudah di relokasi, di dalam radius 3 km dari puncak G. Sinabung, serta radius 4 km untuk sektor timur - utara, dalam jarak 5 km untuk sektor Selatan - timur G. Sinabung.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat dihimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh.
"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai - sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar " tutup Armen Putra. (KS).