Petunjuk7.com - Kondisi terkini jalan penghubung antara Kecamatan jurusan Kabanjahe - Kutabuluh Simole, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara, memprihatinkan.
Pasalnya, sebagian mengalami rusak, dan ada yang sudah parah. Terdapat titik lubang, kini berada di jalan tersebut. Apalagi, saat musim penghujan, air akan menutup lubang. Diibaratkan, "anak sungai" ditengah jalan.
Selain itu, pada sisi kiri dan kanan jalan lumayan terjal, memiliki sebagian tikungan, dan kondisi jalan sebagian sempit. Tentunya, akibat jalan rusak, berdampak bagi para pengguna jalan yang melintas disana.
Namun, untuk kerusakan jalan yang paling parah, mulai terlihat dari Simpang Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, hingga Desa Payung Kecamatan Payung. Kemudian, mulai dari Penatapan Ojo Lali, Desa Tigapancur, Tikungan Pagoda, hingga Dusun Sebintun, Desa Berastepu. Demikian pantauan www.petunjuk7.com, Rabu (23/1/2019).
Jembatan, Drenaise dan Galian C
Selain jalan rusak, satu-satunya jembatan penghubung antara Desa Tiga Pancur – Dusun Sebintun, merupakan jalan kabupaten yang terpanjang itu, tidak memiliki besi pengaman di sisi kiri dan kanan jembatan. Artinya, tidak ada.
Kondisi jalan diatas jembatan berlubang. Ibarat "kubangan kerbau". Kembali, tentu berbahaya bagi para pengguna jalan yang melintas disana.
Jembatan yang memiliki kedalaman, diperkirakan mencapai 50 Meter. Kondisinya memprihatinkan. Yah, butuh perbaikan.
Diatas jembatan, hilir mudik kendaraan roda dua atau empat kerap melintas, diperkirakan setiap hari.
Apalagi, soal drenaise disepanjang jalan rusak kurang memadai. Ini terlihat, sepanjang Jalan Simpang Desa Surbakti hingga Dusun Sebintun, Desa Berastepu.
Sehingga, kondisi drainase kurang memadai, ditambah kendraan yang bermuatan lebih mengangkut materil Galian C yakni; jenis pasir, batu dan dolomit) maupun kendaraan yang memuat jeruk, diduga melebihi tonase.
Menurut Humas Dewan Pimpinan Daerah Pemuda Merga Silima (PMS) Kabupaten Karo, Kiki Sembiring, bahwa kendaraaan bermuatan lebih, kerap melintas.
"Truk-truk besar bermuatan galian c khususnya dolomit, diambil dari seputaran Kecamatan Tiganderket dan Kutabuluh Simole diangkut ke pabrik di Medan. Galian c itu diduga tidak memiliki izin. Sementara mobil pengangkut dolomit setiap saat melintas mempercepat kerusakan jalan ini,” ungkap Kiki Sembiring kepada www.petunjuk7.com, Rabu (23/1/2019).
"Maka, kenyatatannya masyarakatlah yang tetap menjadi korban oknum yang tak mau perduli kebutuhan masyarakat terhadap urusan infrastruktur jalan yang sangat vital, bagi kepentingan umum. Karena dibeberapa titik yang kerusakannya cukup parah, penyebabnya adalah tidak layaknya drainase yang ada.. Bahkan, ada yang sama sekali tidak memiliki drainase. Ironisasi ini sudah berlangsung lama dan terkesan jadi pembiaran sehingga dari tahun ke tahun rakyat selalu saja dihadapkan kepada kondisi jalan yang rusak,” beber Kiki Sembiring.
Lantas, Kiki Sembiring bertanya (?), soal dana perawatan jalan yang setiap tahun ditampung di APBD yang jumlahnya cukup besar.
" Mengapa bisa kerusakan jalan yang sangat vital bagi beberapa kecamatan ini luput dari perhatian Bappeda maupun Dinas PUPR Kabupaten Karo. Buruknya kualitas infrastruktur jalan berbasis pertanian itu sangat mengganggu roda perekonomian masyarakat,” tegasnya.
Sedangkan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Karo, Ir Paten Purba, saat ditemui www.petunjuk7.com, Rabu (23/1/2019) di kantornya sedang tidak berada ditempat. Kemudian, nomor handphone saat dihubungi, tidak dapat dihubungi.(KS).