Petunjuk7.com - Wali Kota Pekanbaru, Firdaus, melakukan kunjungan kerja ke Kota Lampung untuk 'mencuri' ilmu para Kelompok Ternak Limosin di Desa Astomulyo, Binaan PT Great Giant Livestock, Kamis (4/10/2018).
Firdaus ingin mengadopsikan apa yang telah dilakukan para kelompok ternak sapi di Lampung ini, bisa dicontoh kelompok ternak di Pekanbaru. Hal ini, disebabkan karena kelompok ternak tersebut bisa menghasilkan ratusan juta rupiah hanya dengan memelihara sapi jenis limosin.
"Jadi kedatangan saya bersama pejabat terkait di Pemko Pekanbaru ini, tak lain untuk melihat langsung bagaimana kelompok ternak memiliki jiwa entrepreneur yang sangat luar biasa," kata Firdaus.
Firdaus menyebut, apa yang telah dilakukan para kelompok ternak di Desa Astamulyo, patut dicontoh karena hampir anak muda di sini tidak memiliki keinginan untuk bekerja ke luar daerah.
"Ini desa yang sangat cerdas. Para pemuda di sini juga sangat intelektual karena bisa memberikan semangat bagi pemuda yang lainnya untuk memelihara ratusan ekor sapi dan menjadi milyader di desanya sendiri," ujarnya seraya menyebut pemuda astomulyo tidak gengsi mengelola ternak sapi.
Dilanjutkan Firdaus, hampir setiap rumah di Desa Astomulyo memiliki kandang sapi dan mempekerjakan anak atau saudaranya untuk menjadi pengusaha ternak sapi.
"Jadi dengan lahan yang minim di depan rumah, para pengusaha muda di sini bisa menjual se ekor sapi jenis limosin dengan harga Rp25 sampai Rp26 juta. Sementara sapi yang mereka kelola jumlahnya puluhan bahkan ratusan ekor perorangnya," imbuhnya.
Kata Firdaus lagi, kunci untuk menjadi orang yang sukses memang harus diawali dengan niat, kemauan dan sumber daya manusianya.
"Apa yang dilakukan para kelompok tani di sini memang tidak instan. Tapi berproses. Nah ini yang harus dilakukan para pejabat di Pemko Pekanbaru agar bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat," jelasnya.
Sedangkan, Sarjono Ketua Kelompok Ternak di Desa Astomulyo di hadapan Wali Kota Pekanbaru dan para pejabat Pemko Pekanbaru mengatakan jika apa yang telah dilakukannya diawali dengan langkah yang salah dan tersesat.
"Saya dan yang lain memang tidak ada bakat di bidang peternakan. Tapi karena niat, maka dari tersesat jadi berbuah rezeki dan penghasilan. Khususnya bagi saya dan warga di desa ini," ujarnya.
Ia menyebut, satu ekor sapi jenis limosin yang dibeli dari umur 2 tahun dan dikelola selama 5 sampai 6 bulan bisa dijual dengan harga yang cukup besar yakni Rp25 sampai Rp26 juta.
"Jadi sapi yang kami ternak ini, kami suplay ke Padang, Jambi, Medan, Aceh, Riau dan kota lainnya. Bahkan, makanan yang kami peruntukan bagi sapi jenis lomisin ini pun hasil vermentasi dari kulit buah-buahan seperti nenas, singkong, kopi dan lainnya," pungkasnya. (R.Hermansyah/Kominfo).