SPARRING (latih tanding) dikenal dalam olah raga tinju profesional sebagai tahapan pra-pertarungan.
Dari sparring, diketahui kekuatan masing-masing petarung. Hasil sparring menjadi prediksi siapa pemenang di laga tinju sesungguhnya.
Dalam laga sungguhan "billigrent" (pihak bertikai) akan menyiasati setiap celah kelemahan lawan. Sepanjang wasit tidak bereaksi, segala cara ditempuh 'tuk saling merobohkan.
Dunia tinju berkorelasi dengan dunia poltik.
Saling menjatuhkan demi jabatan menjadi ihwal yang lazim. Pilgubri (Pemilihan Gubernur Riau), menjadi wahana riil melakoni skenario politik regional.
Saksikan strategi politik yang dimainkan. Upaya meredam langkah para kandidat cukup mengumpan partai-partai berpengaruh duduk bersama di meja makan.
Triknya itu tadi: jangan sempat ikut sparring. Habisi! Karena memanfaatkan sisi kelam lawan politik sudah tak lagi ngetrendy zaman now. Toh, semua punya borok (?)
Jadi, sosialisasi, pencitraan, curi start lewat spanduk ala malaikat, gak main lagi. Seribu peguyuban, sejuta forum yang dibentuk? Pada akhirnya akan menjadi penjilat.
Karena Pilgubri bukan pesta demokrasi mencari figur pemimpin. Tetapi kompetisi merebut/mempertahankan kekuasaan.
Lantas, trik politik populer terkini: membunuh rival sebelum sparring (tahap penyampaian visi-misi).
Kiat ini dipakai, 'tuk menghindari bertemu petarung tangguh di gelanggang. Mengalahkannya, tentu sesuatu yang sulit. Strategi politik demikian, epektif dan hemat energi.
Tetapi, rakyat kehilangan pemimpin berkualitas.