Green Journalism Semakin Jauh Ungkap Persoalan Perubahan Iklim
Pekanbaru - Direktur Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekabaru Journalist Center, Drs. Elwahyudi Panggabean, M.H., tampil sebagai salah seorang pemateri dalam seminar: "Young Generation Solidarity for Nurturing Nature" di Fisipol, Univetsitas Riau, Pekanbaru (29/4).
Wahyudi, pada kesempatan itu menekankan mendesaknya peran "Grenn Journalism" melalui pengembangan "Citizen Journalism" (jurnalistik warga) di Riau, mengingat pers Riau saat ini didominasi para wartawan sekaligus pemilik media yang condong berorientasi mengejar target dana kerjasama dengan pemerintah.
Rendahnya pemahaman para wartawan yang sekaligus pengelola media on-line terhadap peluang-peluang sumber dana di internet, demikian Wahyudi telah mengalihkan fokus mereka pada sumber dana instan tapi mengikat seperrti: kontrak berita, advertorial dan berita succes-story pejabat yang dibayar dana publik lewat APBD.
"Akibatnya, pers kehilangan idealisme. Citizen Journalism sebagai altetnatif," tuturnya.
"Citizen Journalism", katanya pada intinya adalah aktivitas perburuan, pencarian, analisis serta pengelolaan dan penyampaian informasi oleh warga masyarakat.
"Grenn Journalism' secara garis besar menyangkut tentang aktivitas jurnalis tentang lingkungan," katanya.
"Banyak media yang menyediakan wadah untuk ini. Medsos juga bisa dimanfaatkan," katanya.
"Alternatifnya, jurnalis warga harus digalakkan," katanya dihadapan ratusan peserta seminar yang disenggarakan atas kerjasama: Youth For Climate Change (YFCC) Riau dengan Jurusan Sosiologi, Fisip, Universitas Riau itu.
Seminar bertajuk: antisipasi terhadap perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global itu, melihat peran jurnalisme yang harus ditingkatkan sebagai media kampanye guna meminimalisasi munculnya efek rumah kaca.
"Idealisme pers sangat urgen. Tetapi melihat kondisi pers Riau kini, saya hanya berharap pada 'Citizen Journalism'. Warga langsung bertindak sebagai wartawan," kata Direktur Riau Media Watch itu.
Mengingat pemanasan global sebagian besar bersumber dari ulah manusia, pers kata Wahyudi harus pro- aktif menyuarakan berita-berita bertajuk dakwah persuasi kepada masyarakat. Untuk itu lanjutnya, "Green Journalism" harus dibentuk dan dieksiskan perannya di Riau.
Secara kimia, jelasnya efek rumah kaca di atmosfer timbul akibat terjebaknya gas seperti CO2 yang muncul akibat aktivitas pembakaran: pembakaran hutan, sampah batubara dsb. "Malah penghematan listrik juga memengaruhi bencana ini. Penanaman pohon harus digalakkan guna menetralisir gas CO2," katanya.
Mengingat dahsyatnya pengaruh perubahan iklim, kata Wahyudi diharapkan setiap warga bersikap sense of belonging terhadap kelestarian bumi dan alam ini. "Kepedulian pers yang peduli lingkungan tampaknya kian mendesak, khususnya 'Grenn Journalism' itu," tegasnya.
"Dan itu sangat mungkin dikelola mahasiswa dan pelajar lewat 'Citizen Journalism'. Juga bagi mereka yang merasa terpanggil," katanya. (Hap).