Rumah Kabel Peninggalan Belanda di Bengkalis tak Terurus
Petunjuk7.com - Satu bangunan di Pulau Bengkalis yang pada masa penjajahan Belanda merupakan pusat tadbir dan perdagangan, yang disebut Rumah Kabel, kini merana tak terurus, penuh rumput dan semak belukar.
Berada tidak jauh dari pinggir laut menghadap ke Selat Bengkalis (Selat Brouwer), gedung itu sebenarnya masih terlihat kokoh meski usianya sudah 110 tahun lebih.
"Sebagian bangunan ini telah dihancurkan," kata pemerhati budaya Bengkalis Riza Pahlevi, Selasa.
Riza, yang pernah menjabat sebagai wakil bupati Bengkalis, mengatakan bangunan di Jalan Kelapapati Laut, tepat di belakang SDN 13 Bengkalis, tersebut merupakan bukti bahwa pada masa lalu pemerintahan Hindia Belanda mengembangkan Kota Bengkalis.
"Menurut cerita warga sekitar lokasi, Rumah Kabel ini dahulunya digunakan sebagai tempat mengoperasikan pelayanan telekomunikasi bagi kapal-kapal yang berlayar di Selat Melaka. Dari tempat ini ditarik kabel bawah laut hingga ke Tanjung Balai Asahan. Pada pertengahan 1970-an, kabel-kabel dari tembaga tersebut diambil dan dijual oleh masyarakat," katanya.
Riza, yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Bengkalis, menjelaskan bahwa Rumah Kabel mulai dibangun tahun 1915 dan merupakan bagian dari upaya pemerintahan pada masa itu meningkatkan pelayanan telekomunikasi di Sumatera Timur.
"Pemerintah Hindia Belanda membangun jaringan kabel bawah laut yang menghubungkan Bengkalis dengan Tanjung Balai Asahan melewati Bagan Siapi-api. Proyek pembangunan kabel bawah laut yang menelan biaya lebih dari 400.000 Gulden ini selesai dan diresmikan penggunaannya pada 1917," paparnya.
"Sayang, sisa Rumah Kabel yang memiliki dua pintu dan dua jendela besar tersebut sudah tak lagi terurus. Selain semak dan terbengkalai, banyak bagian dari gedung sudah dihancurkan oleh masyarakat dan dijadikan batu pecah," kata Riza.
Ia lantas menuturkan bahwa di bagian luar Rumah Kabel ada satu sumur yang sudah tidak berfungsi dan kelihatannya sengaja ditimbun agar bisa menjadi bagian halaman bermain murid SDN 13 Bengkalis.
Selain itu, ada sebuah bak beton yang belum diketahui fungsinya di lingkungan bangunan yang kini dikelilingi semak belukar dan pohon-pohon bengkala rimbun itu.
"Meski tidak terlihat adanya barang-barang peninggalan Belanda di dalam sisa bangunan, ruangan dengan ukuran hampir 5x5 meter tersebut tampak masih utuh dan kokoh. Menjadi tanggungjawab kita bersama untuk menjaganya agar bukti sejarah daerah ini dapat dirawat dan dimanfaatkan," demikian Riza Pahlevi.
Sumber:Antaranews.com