MENU TUTUP

Menyambut Ramadhan: Tradisi Pembantaian Nazar dan Makan Nazar di Padang Sawah

Jumat, 26 Mei 2017 | 09:58:37 WIB Dibaca : 2753 Kali
Menyambut Ramadhan: Tradisi Pembantaian Nazar dan Makan Nazar di Padang Sawah Tampak para Datuk di kenegrian Padang Sawah makan nazar bersama anak kemenakan di los kenegrian, Kamis (25/5/2017).Foto:Endri.L
Loading...

Kampar- Bulan Ramadan mau dekat. Nah, jangan lupa tradisi balaimau kasai. Dalam masyarkat Padang Sawah, dan Desa Sungai Liti, Kecamatan Kampar Kiri, ada tradisi tahunan namanya nazar.

Pembantaian nazar dilakukan satu hari menjelang balimau kasai, dan bertepatan dua hari menjelang bulan puasa.

" Ini tradisi tahunan dari nenek moyang. Kemarin sore, Rabu tanggal 24, diadakan di los kenegrian Padang Sawah, ungkap Deni Akbar Kaseso Mejo dari kesukuan Patopang Basah kepada www.petunjuk7.com, Kamis (25/5).

Deni menjelaskan tradisi nazar dilanjutkan dengan menyembelih seekor kerbau bersama warga yang memiliki empat kesukuan di kenegrian Padang Sawah dilakukan pada pagi hari.

"Dan setelah menyembelih kerbau, warga Padang Sawah akan melakukan makan bersama di los kenegerian Padang Sawah, yang namanya makan nazar, " ujarnya.

Usai menyembelih kerbau atau pembantaian nazar, serta makan nazar bersama di los kenegrian Padang Sawah lanjut Deni, dilakukan membuang kepala kerbau atau kepala nazar ke sungai Subayang, sebagai tanda membersihkan sungai agar warga Padang Sawang dan Sungai Liti terhindar dari marabahaya.

"Pembantaian nazar atau menyembelih kerbau akan disisakan kepala kerbau. Kepala kerbau ini nanti diarak bersama warga menailki sampai mengelilingi sungai Subayang, setelah diarakak mengelilingi sungai lalu dibuang ke sungan disertai doa - doa agar terhindar dari marabahaya, " tandasnya.

Sistim Kenegrian

Di Padang Sawah dan Sungai Liti, meski Sungai Liti pemekaran dari Padang Sawah, tetapi puncuk pimpinan adat tetap satu yang memiliki empat suku: Domo, Piliang, Patopang Basah, dan Melayu.

"Wilayah aja pemekaran, untuk adat kami satu, " tutur Deni.

Deni dari kesukuan Patopang Basah ini menjelaskan, di kenegrian Padang Sawah dan Sungai Liti ada empat Datuk yakni,
Datuk Mulih, Datuk Sotih, Datuk Laksamano dan Datuk marahjo. "Ini kedudukan yang tertinggi." Sebutnya.

Selain itu, pucuk adat Mamak Kampung terdiri empat. "Mamak Kampung itu, Dalam suku Piliang Paduko jajelo, Paduko Kasonso, Paduko Kasemdo Mejo, Paduko Kasejo.

Dibawah Mamak Kampung ada Dubalang Palowan, Ajo Angek Garang, Panegkai, Bindo Pado, Panglimo Matunggang, Panglimo moga dan Hatib Sutan, Hatib Kayo, Iman Sutan dan Iman Kayo, Hatib Sutan, Iman Sutan dari suku domo, Bilal Kojan dari suku patopang dan Bilal dari suku Melayu.

"Datuk punya kemenakan empat yaitu Mamak Suku Kampung. Mamak Suku Kampung punya anak kemenakan, " tandasnya. (Endri.L/Hap)





Loading...
Berita Terkait +
Loading...
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Klinik Pratama Kelsina Kasih Berastagi Jalani Survei Akreditasi dari komite akreditasi kesehatan pratama dan Pelayanan Kesehatan Paripurna

2

Deklarasi Berastagi Pemuka dan Pemerhati Masyarakat Karo Gerakan Karo Erdilo Brigjen Pol Purn Dr dr Antonius Ginting SP.OG, M.Kes 

3

Komsos Dengan Warga, Babinsa Koramil 05/PY Juga Rutin Pantau Wilayah Binaan

4

Demi Menjalin Hubungan Baik, Babinsa Koramil 09/LB melaksanakan Komsos Dengan Warga Binaan

5

Tanpa Pemberitahuan, Presiden Jokowi Tiba Tiba Datang Ke Berastagi, Dandim 0205/TK : Kunjungan Presiden Aman Dan Kondusif