Tanggul Pantai Belum Tuntas Diprediksi Jakarta Rentan Dilanda Banjir atau Tenggelam
Jakarta – Tanggul pantai utara DKI Jakarta harus segera diselesaikan sebelum 2020. Sebab, jika tanggul tidak segera dibangun, akan berpotensi membuat daratan Jakarta semakin rendah dan semakin rentan terus-menerus dilanda banjir.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan daratan di wilayah utara DKI Jakarta turun secara rata-rata 6-7 cm per tahunnya, bahkan di beberapa daerah tertentu mengalami penurunan hingga 12 cm.
"Tiap tahun (tanah) DKI Jakarta turun secara rata-rata 6 Cm hingga 7 cm per tahun. Nah kalau di beberapa daerah saya lihat kemarin itu sampai 12 cm per tahun jadi daerah itu yang harus diberesin dulu," kata Bambang di kantornya, Senin sore 18 Desember 2017.
Untuk itu, dia dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno, telah menyempatkan diri untuk langsung meninjau tanggul tersebut beberapa waktu lalu.
Pihak Bappenas pun menginstruksikan Pemda DKI Jakarta dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta untuk segera menyelesaikan pembangunan tanggul pantai Jakarta.
"Bahkan kita sudah kasih pesan ke Pemda DKI agar mereka segera menyelesaikan dan mendorong sektor swasta yang kebetulan harus membangun segera membangun. Karena semuanya harus selesai sebelum 2020," ujar Bambang
Dia pun yakin, masyarakat DKI Jakarta akan bersyukur adanya pembangunan tanggul pantai karena akan mencegah terjadinya banjir. "Daripada kebanjiran. Kebanjiran pasti terjadi, bukan mitos tapi fakta," kata dia.
Mengenai kajian pembenahan wilayah utara DKI Jakarta sendiri, Bambang mengaku sedang fokus pada pembangunan saluran air bersih di wilayah tersebut. Karena saluran air bersih di beberapa wilayah masih sangat perlu untuk dibenahi.
"Pengadaan air bersih di Jakarta yang harus dibereskan, baik air bersih maupun air limbah. Kalau kita ingin memperlambat penurunan (daratan) kita harus dilakukan di seluruh wilayah Jakarta," kata dia.
Ditambahkannya, masyarakat di utara Jakarta selama ini tak jarang harus ke sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, lantaran tidak memiliki akses air bersih melalui pipa.
"(Masalahnya) bukan sumber air bakunya, tapi pipanya yang kurang. Masih banyak daerah-daerah di Jakarta yang rumahnya tidak terhubung pipa air bersih sama sekali. Makanya dia mau enggak mau harus ke sumur," ujar dia.
Sumber:Viva.co.id