Jakarta - Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar menyebut kepolisian tahu keselamatan Novel Baswedan terancam sebelum teror penyiraman air keras. Dahnil juga menyebut polisi sempat mengirimkan intelijen di sekitar lingkungan rumah Novel.
"Di awal penyerangan Novel punya optimisme kasus ini bisa dituntaskan, karena ada deretan peristiwa yang menyertai sebelum Novel diserang. Polda Metro Jaya, saat itu Kapoldanya Irjen Iriawan, mengatakan ada potensi penyerangan terhadap Novel," ucap Dahnil dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (5/8).
Dahnil lalu menyebut bila kepolisian mengirimkan intelijen di lingkungan rumah Novel untuk pengamanan. Menurutnya, saat itu ada pertukaran informasi pula dari kepolisian terhadap Novel.
"Lalu mereka kirim orang di lingkungan Novel untuk pengamanan. Berarti kan ada pertukaran informasi intelijen antara Novel dan Polda. Lalu ada tim lagi entah dari mana, pikiran Novel mungkin dari Mabes. Jadi yang dari polda di tarik," kata Dahnil.
Saat itu, menurut Dahnil, Novel sempat optimis. Namun setelah lebih dari 100 hari kasusnya belum juga tuntas, Novel disebut Dahnil menjadi pesimis.
"Dia pesimis ini bisa dituntaskan oleh pihak kepolisian. Karena itu kami, ICW dan masyarakat sipil mendorong adanya TGPF atau tim gabungan pencari fakta," ucap Dahnil.
Novel mengalami teror penyiraman air keras usai menunaikan salat subuh di masjid dekat kediamannya pada 11 April 2017. Saat ini, Novel berada di Singapura untuk menjalani pengobatan terhadap kedua matanya yang terpapar air keras. (detik)