Kampar - Tradisi nenek moyang masih tetap di lestarikan oleh warga Padang Sawah dan Sungai Liti, Kecamatan Kampar Kiri.
Sebelum melakukan balimau kasai di Sungai Subayang, tradisi pembantaian nazar dan makan nazar selanjutnya akan diakhiri dengan membuang kepala nazar ke sungai Subayang.
Tradisi ini pula berkaitan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 2017. Warga pada Rabu (25/5) pagi hari bersama - sama menyembelih kerbau disebut pembantain nazar dan siang hari melakukan makan nazar bersama di los kenegrian Padang Sawah dan Sungai Liti.
Usai makan nazar, perahu kayu yang telah berlabuh menunggu warga. Tampak dua orang warga mengangkat kepala nazar lengkap menggunakan pakaian adat Padang Sawah dan Sungai Liti.
Para Datuk, Mamak Kampung beserta puncuk adat bersiap menaikki perahu yang menunggu tadi. Satu persatu warga berada di perahu. Tampak kepala nazar diletak pada bagian depan perahu membelakangi warga. Tak ketinggalan musik tradisional gondang ogung dan peralatan calempong
Perahu kayu yang memilki daya kekuatan tergolong mesin kecil dihidupakan, melaju pelan mengitari sungai. Dari los kenegrian tempat pemberangkatan menuju sungai Subayang ditaksir mencapai satu kilometer.
Pada awal keberangkatan, musik godang ogung dan peralatan calempong belum terdengar. Setelah menuju batas yang dituju, perahu yang bermuatan warga Padang Sawah dan Sungai Liti, berhenti saling menunggu sesama perahu.
Keberangkatan dari los kenegerian Padang Sawah, menaikki perahu melawan arus sungai kembali lagi mengarah los kenegrian seraya musik gondang ogung dibunyikan. Tampak dari pinggir sungai Subayang warga menyaksikan iring - iringan perahu disertai suara musik tradisional.
Ditengah perjalanan perahu berhenti. Seorang warga yang ikut dalam perahu menjatuhkan kepala nazar kedalam sungai Subayang yang sebelumnya mengucapkan doa - doa agar warga terhindar dari marabahaya.
"Membuang kepala kerbau ke sungai, ini merupakan acara kebudayaan turun temurun dari nenek moyang dan setelah kepala kerbau kami buang ke sungai, kami juga berdoa, bila ke hutan supaya masyarakat dan anak cucu kami tidak diganggu oleh binatang buas. Bila ke sungai tidak di ganggu oleh buaya. Dan supaya tidak ada bencana alam seperti angin topan dan gempa bumi yang merusak tempat pemukiman warga dan tidak diturunkan penyakit berwabah menular, " jelas Kepala Adat Kenegerian Padang Sawah dan Sungai Liti, Datuk Sotih Darnius kepada petunjuk7.com, Kamis (25/5).
Datuk Sotih menambahkan tradisi yang mereka lakukan, "Tentu hal ini tidak juga terlepas dari lindungan Allah SWT, ritual seperti ini merupakan salah satu kebudayaan masyarakat Desa Padang Sawa yang harus dipertahankan sampai kelak nanti. " harapnya.
Sedangkan Kepala Desa Padang Sungai Liti, Edaran, Spd mengatakan pihaknya bersama - sama dengan juga masyarakat adat kenegerian Padang Sawah dan Sungai Liti dalam melestarikan tradisi nenek moyang.
"Acara ini juga menjadi acara tahunan kami, dan juga acara ini atas kerjasama antara kepala adat dan pemerintaha desa. Saya berhatap nantinya acara ritual membuang kepala kerbau ke sungai ini bisa menjadi wisata kedepannya". Tandasnya.
Kepala Kerbau
Pembataian nazar adalah menyembelih seekor sapi. Masyarakat Kenegerian Padang Sawah dan Sungai Liti membuat kesepakatan secara kekeluargaan dan menetapkan harga iuran untuk membeli kerbau.
Biaya yang dikutip dikenakan Rp 30.000/Kepala Keluarga. Setelah kerbau disembelih, kemudian sudah dipotong dagingnya dan diberikan ke masyarakat untuk dimasak kerumah masing - masing sesuai selera.
Dan setelah dimasak, kemudian dibawa ke tempat perkumpulan atau los kenegerian untuk makan bersama-sama. Kepala sapi akan di jadikan sebagi permohonan masyarakat Desa Padang Sawah dan Sungai Liti yang akan dibuang ke Sungai Subayang.
"Beginilah tradisi kami setiap tahun dalam menyambut bulan Ramadhan, " tutur Datuk Sotih.