Petunjuk7.com - Natal 2018 dan jelang menyambut Tahun Baru 2019 mendatang, permintaan para pembeli bunga hidup di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara, mengalami peningkatan.
Namun, untuk persediaan yang didapat para penjual bunga hidup dari ladang para petani sangat terbatas. Faktornya, akibat cuaca esktrim.
Tingginya permintaan pasar terhadap bunga hidup, membuat aktifitas pedagang bunga hidup disepanjang Jalan Nasional di Kecamatan Berastagi ke Kabanjahe - Brastagi semakin menjamur.
Selain itu, para pedagang di pasar bunga persisnya di PU Raya, Desa Raya, Kecamatan Berastagi juga tidak kalah menerima orderan pembeli yang datang dari Medan, Aceh, Pematang Siantar dan Sidikalang .
Seorang pedagang bunga A.Br Tarigan (48) mengatakan, bunga yang untuk dijualnya berasal dari ladang keluarganya selalu segar.
“Bunga yang saya jual ini berasal dari kebun keluarga sendiri,” kata A.Br Tarigan yang berasal dari Desa Raya ini kepada www.petunjuk7.com, Kamis (27/12/2018) dilokasi dagangannya.
Dijelaskannya, apabila para pembeli ingin meminta pesanan yang lebih banyak dan jenisnya lebih bagus, maka para pembeli dapat melihatnya langsung ke kebun dan memilihnya.
"Tentunya harga lebih mahal. Alasannya, pembeli akan dimanjakan dengan sistem bisa memilih sesuai yang dikehendakinya. Pastinya, harga sedikit lebih mahal dari yang dipajang disini,” ungkapnya.
Namun, soal maraknya para pedagang berjualan saat memasuki Natal dan jelang Tahun Baru, menurut Arnita Br Karo (41) warga Desa Sumbul, Kecamatan Kabanjahe, mengatakan, menjamurnya para pedagang bunga sepanjang Jalan Nasional Kabanjahe – Berastagi dinilai bentuk positif dan menggembirakan.
"Berdagang bunga secara beramai-ramai, tentunya petani dan pedagang langsung dapat manfaat bertanam bunga hidup. Semakin banyak pedagang bunga, maka maka semakin banyak pula pembelinya datang. Namun harga yang dipatok pedagang hendaknya semuanya sama, agar pedagang tulen dapat meneruskan daganganya, meskipun bukan pada waktu liburan atau hari besar,” terangnya Anita kepada www.petunjuk7.com, Kamis (27/12/2018).
Akan tetapi, bagi petani bunga Robino Tarigan, menyebutkan kenaikan harga bunga mulai dirasakan pedagang sejak beberapa hari lalu, mulai dari kisaran harga Rp15.000 per ikat naik menjadi Rp25.000 per ikat.
Sedangkan, ada juga jenis bunga tegwa warna kuning dari sebelumnya harga Rp28.000 perikat, kini sudah mencapai Rp35.000 per ikat.
“Meskipun demikian, jika bunga diminta lebih banyak, tentunya akan dibuat pula pemotongan harga,” kata seorang petani bunga bernama Robino Tarigan kepada www.petunjuk7.com, Kamis (27/12/2018).
Sedangkan, pembeli bunga yang bernama Arnes Ginting yang didampingi istrinya saat membeli bunga hidup sebagai bekal untuk ziarah ke Medan, mengaku tidak terkejut dengan naiknya harga bunga hidup.
"Hal itu biasa-biasa saja. Karena perawatan bunga saat sekarang ini cukup sulit.” Tandasnya.
Pantauan www.petunjuk7.com disepanjang Jalan Djamin Ginting Berastagi – Kabanjahe, terdapat 50 kios pedagang bunga yang ada dipinggiran jalan tampak ramai dikunjungi para pembeli.
Para pedagang juga menyediakan bunga hidup bermacam jenis, antara lain tegwa, krisan, krisan salju, kardiol dan bunga ester.
Selain itu, sebagian para pedagang ada juga yang merangkap sebagai petani budidaya bunga memajang aneka ragam bunga hidup dengan wadah ember plastik dan ada juga para pedagang bunga yang bukan petani, juga memajang sejumlah bunga sesuai dengan modal yang dimilikinya.(KS).