Pekambaru, Petunjuk7.com - Ir.H.Muhammad Lukman Edy,MSi yang lahir di Teluk Pinang, Riau, 26 November 1970. Pernah menjadi Menteri Percepatan Daerah Tertinggal pada Kabinet Indonesia Bersatu menggantikan Syaifullah Yusuf pada Reshuffle Ke-2 tanggal 9 Mei 2007. Ia adalah Sekretaris Jenderal PKB.
Bagi sebagian kalangan, karier Lukman Edy (LE) mungkin terlalu cepat melejit. Ia menjadi menteri ketika usianya belum genap 37 tahun. Tetapi tidak bagi si empunya nama. Sebab, ia sudah terbiasa menjadi yang termuda dalam banyak jenjang karier politiknya. Predikat 'yang termuda' selalu disandang LE sejak ia memulai karier organisasi di bangku kuliah di Universitas Brawijaya dulu.
Ia masuk senat mahasiswa ketika baru menapaki semester I. Sementara yang lain biasanya baru terlibat saat sudah semester IV, V, atau VI. Karier politik LE juga moncer di usia muda. Ketika reformasi baru bergulir, pria Kelahiran Teluk Pinang, 26 November 1970 ini langsung menjadi anggota DPRD. Padahal waktu itu umurnya belum genap 28 tahun.
Dalam waktu dekat, ia menjadi Ketua DPW PKB Riau. Umurnya waktu itu masih 29 tahun. Di PKB, dan menjadi ketua DPW termuda se-Indonesia. Kemudian setelah itu ia menjadi orang nomor dua di PKB. Setelah Muhaimin terpilih sebagai Ketua Umum PKB di Muktamar PKB 2005 lalu, LE menjadi Sekjen. Menurut LE, menjadi Sekjen PKB bukan pilihan mudah. Sebab, ia hanyalah orang kampung yang sama sekali belum mengenal medan politik Jakarta.
Ia juga harus meninggalkan banyak hal di Riau ketika infrastruktur politik dan ekonomi sudah rapi dibangun. Ia harus meninggalkan change menjadi Wakil Gubernur Kepulauan Riau yang baru dimekarkan dan banyak kemungkinan peran strategis lainnya.
Setahun menjadi Sekjen PKB, ketika reshuffle kabinet tahap pertama, tawaran untuk masuk dalam jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu muncul. Nama LE masuk nominator bersama Erman Suparno, Effendi Choiri, dll. Tetapi mungkin karena faktor usia, tawaran itu akhirnya
lepas. Peluang menjadi menteri akhirnya terbuka ketika ada reshuffle tahap kedua. Lukman Edy terpilih menjadi Menteri PDT menggantikan Syaifullah Yusuf yang pindah haluan politik ke PPP.
Sedangkan pendidikannya: SDN 01 Cinta Raja Pekanbaru, SMPN 04 Pekanbaru, SMAN 08 Pekanbaru, Fakultas Teknik Sipil Univ.Brawijaya, Malang tamat 1995, Magister Sains pada program Administrasi Pembangunan, Univ.Padjajaran, Bandung, Tamat 2004
Untuk organisasi: Ketua DPW PKB Provinsi Riau, Wakil Ketua DPD Gapensi Riau, Ketua LPNU Riau Wakil Sekertaris lembaga Adat Melayu Riau, Mustasyar PW NU Riau, Pengurus Kadin Riau, Sekjen DPP PKB, PMII Komisariat Brawijaya Malang (Sumber:wikipedia.com)
Bagaimana dengan Hardianto? Bawaannya tenang. Vocal suaranya terdengar jelas saat ia bercerita tentang sedikit perjalanan hidupnya di hadapan sejumlah tamu yang hadir dalam sebuah acara pelepasan jemaah umroh malam itu. Berkisah, senyum dan sedikit tawa dilakoninya dengan cakap. Hardianto kecil mungkin memang tak pernah terpikir berkarir di dunia politik. Tapi tanpa dinyana, Hardianto muda kini telah menjadi Bakal Calon Wakil Gubernur Riau, mendampingi Calon Gubernur Riau HM Lukman Edy (LE). Pria kelahiran Kota Dumai pada masa 37 tahun lalu ini mengawali karir politiknya di Partai Golkar. Dia pernah menjadi pengurus DPD Partai Golkar Bengkalis di masa kepemimpinan Norman Abdul Wahab, sang Wakil Bupati Bengkalis saat itu.
Waktu terus berlanjut. Meskipun dirinya menjabat Ketua Partai Gerindra Bengkalis, tapi Hardianto belum ingin jadi anggota legislatif, yang kini menjabat sebagai salah satu pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau ini. Atas dorongan Ahmad Muzani tersebut, akhirnya Hardianto pun maju sebagai calon legislatif DPRD Provinsi dari daerah pemilihan Kota Dumai, Bengkalis dan Meranti.
Pemilu 2014 menjadi peristiwa spesial bagi Hardianto. Ia pun terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Riau periode 2014-2019. Ini berbeda cerita dengan istrinya, Dewi Sri Wahyuni, yang juga men-caleg untuk DPRD Provinsi Riau dari dapil Rokan Hulu-Rokan Hilir. Baru setahun menjabat sebagai anggota DPRD Provinsi Riau, pilkada Kabupaten Bengkalis pun dihelat. Dan nama Hardianto SE disebut-sebut akan ikut tanding di pesta demokrasi itu. Namun batal ia ikuti.
Menurut pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau ini, bercerita tentang zona aman dan nyaman, Hardianto mengaku sudah merasa nyaman dan bersyukur terhadap posisinya sebagai anggota DPRD Provinsi Riau saat ini. Namun karena ada 'panggilan' politik dan takdir Allah yang harus dilaluinya, maka ia pun optimis dengan keputusannya untuk maju di Pilgubri 2018 ini. (Sumber:Riauterkini.com).