Ingat Warung "Mas Anto" : Diburu Pelanggan Karena Masakannya Enak
Sepasang suami istri selama dua belas tahun berjuang ingin sukses. meskipun bukan kaya raya. Mereka optimis yang mengandalkan gigih dan ulet. Kini mereka menikmati hasil. Kenangan itu tetap diingat, saat memulai usaha kala mendayung sepeda dan menerima dana pinjaman keluarga seadanya.
Pekanbaru - Dipinggir Jalan Kharuddin Nasution atau Marpoyan Ujung, arah Jalan Kubang atau Jalan Taratak Buluh, Kabupaten Kampar, Riau, persisnya di Marpoyan Ujung.
Disana ada sebuah warung sop tunjang milik Suhanto (44) dan Supiati (34). Kedua pasangan suami istri ini tengah sibuk, ikut membantu para karyawannya meladeni para pelanggan yang memesan menu makanan untuk disantap.
Tampak, kedatangan para pelanggan langsung disambut senyuman hangat. Ibarat sebuah istilah: pelanggan adalah raja, terpancar yang dilayani dengan baik.
Memang, ukuran warung milik kedua pasangan itu, terkesan bukan mewah. Tetapi mampu membuat para pelanggan akan menikmati rasa masakan selera mewah harga terjangkau.
Itu terlihat saat para pelanggan yang datang kesana, tampak silih berganti masuk kedalam masuk warung, tujuannya mencicipi menu makanan sesuai selera.
Namun untuk luas areal warung ditaksir, mampu menampung para pelanggan berjumlah kurang lebih tiga puluh orang. Begitulah kondisi warung milik kedua pasangan itu.
Ditambah, jika ini berkunjung kesana akan nampak dari pintu masuk warung tampak para karyawan sibuk menyediakan menu yang dipesan para pelanggan.
Apalagi suara memanggil karyawan, salah seorang pelanggan untuk memesan makanan yang tersedia. Lokasi strategis.
Mendengar suara pelanggan, dengan ramah para karyawan memberikan sajian menu makanan yang telah ada ditulis didalam brosur bagi para pelanggan.
"Makan apa pak!" tutur seorang karyawan bernada lembut kemudian menebar senyum menyapa seorang pelanggan yang memanggil dan memberikan brosur menu makanan.
Kompleksnya: dijamu ramah, selera menu makanan memiliki cita rasa para pelanggan.
Mengenang perjalanan Suhanto dan Supiati, kedua pasangan suami-istri ini dalam membuka usaha bukan perjalanan singkat. Dari pengakuan mereka berdua, membuka usaha harus melalui proses panjang.
Mereka menghitung, sudah duabelas (12) tahun hingga bertahan mengelola warung sop tunjang. Awalnya muncul keberanian meminjam uang dari saudara.
"Dengan bermodalkan uang sebesar tiga juta tujuh ratus ribu rupiah. itupun pinjaman dari saudara, " kenang Suhanto kepada www.petunjuk7.com pekan silam.
Lantas, modal pinjaman yang diberikan keluarga. Nah, bagi Suhanto mematrikan keberanian untuk membuka usaha dia jalani awalnya membuka usaha kue gorengan yang ragam jenis.
Namun, untuk menjual kue gorengan dia mendayung sepeda kesana kemari untuk menjajakan gorengan tersebut seputaran Marpoyan, Kota Pekanbaru.
"Sebagai kenangan sepeda saya gantung di rumah," kenang Suhanto mengingat saat dengan sepeda tuanya yang menjadi transpotasinga kala itu.
Mendayung sepeda dilakukan Suhanto setiap hari guna mengembangkan usaha. Tak lupa pula baginya bersama istri, apalagi masa - masa membuka usaha saat jelang malam tiba Suhanto bersama istrinya harus tidur beralaskan tikar diatas lantai semen rumah kontrakan.
Utamanya bagi mereka berdua, tekun dan giat untuk mengembangkan usaha. Kemudian, tidak mengenal ejekan orang orang karena memiliki pondasi yang kokoh dan ulet langsung "turun tangan" mengolah semua jenis hidangan disajikan dengan olahan resep sendiri bersumber dari buku menu yang didapatnya ,
"Alhamdullilah, selama 12 tahun penghasilanya bisa membuka cabang di Nalan Adisucipto, Pekanbaru dan memiliki omset lumayan," ujar Suhanto dan Supiati dengan bangga.
"Kadang untuk di usaha sop tunjang dapat empat juta perhari," ungkapnya.
Dari kerja keras yang mereka dapatkan, kini telah membuka cabang di Jalan Adisucipto, Kota Pekanbaru.
"Dari sepeda, beberapa buah sepeda motor dan investasi yaitu sudah memiliki rumah sendiri, " cetus Suhanto.
Dan dari membuka bersama usaha suami istri, mereka telah memperkerjakan karyawan berjumlah delapan (8) orang.
"Penghasilan perhari jika pengunjung ramai misalnya hari Sabtu dan Minggu kira- kira Rp6 juta" ungkap Suhanto.
Meskipun telah menikmati peluang dalam usaha, tetapi bagi mereka ada suka dan duka yang datang dari para pelangga
"Duka yang pernah dirasakan adalah jika karyawan tersebut kurang cepat atau sigap menyajikan pesanan tersebut maka sipengunjung kadang ada yang marah," sebut Supiati.
"Duka yang tidak pernah dilupakan adalah didalam gorengan tahu isi ada benang tergigit dan ada pelanggan langsung marah -marah. Dikira pelanggan minyak gorengnya dicampurdengan lilin. Diperiksa ke kantor BPOM ternyata hasilnya benang," kenang Suhanto kadang menghadapi masalah yang tak terduga.
Singkatnya, bagi mereka pada Pukul 03:30 WIB, Suhanto dan Supiati telah bangun pagi dan langsung "turun tangan" mempersiapkan bahan - bahan untuk menu yang akan dimasak.
Sedangkan para karyawan tengah asik tidur. " Nanti jam 6 pagi langsung belanja untuk keperluan
didapur membeli kebutuhan untuk warung kepasar Arengka," tutur Suhanto.
Kini Suhanto bersama Supiati telah memiliki tiga (3) orang anak, sebagai impian mereka berdua, supaya mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang sarjana.
Bagaimana menu makanan disana pengakuan Suhanto dan Supiati?
Makanan yang paling diminati oleh pengunjung adalah tahu isi, sop tunjang , soto dan lain - lain.
Tentang pelanggan?
Para pelanggan yang datang ke warung Suhanto ada dari kalangan umum, yang berasal
Kota Pekanbaru maupun dari luar Pekanbaru: yang selalu "diburu" para pelanggan karena masakannya enak.
"Jika dipesan ke kita, makanan diantar langsung ke tempat," imbau Suhanto dan Supiati sambil tersenyum.
(Esti.M)