Kisah Bill Gates Beli Buku Catatan Kuno Karya Leonardo da Vinci Rp 423 Miliar
Petunjuk7.com - Salah satu koleksi kesayangan Bill Gates adalah buku catatan kuno berjuluk Codex Leicester. Itu memang bukan buku biasa karena penulisnya Leonardo da Vinci, pelukis merangkap ilmuwan ulung.
Gates membeli buku tersebut senilai USD 30,8 juta atau di kisaran Rp 423 miliar, membuatnya jadi salah satu catatan termahal di dunia. Gates mengaku Codex Leicester adalah salah satu koleksi terpentingnya.
"Buku ini adalah inspirasi bahwa seseorang, tanpa umpan balik, tanpa diberitahu soal apa yang benar atau salah, terus memaksa dirinya. Dia menemukan bahwa pengetahuan merupakan hal terindah," sebut Gates menyinggung sosok Leonardo sebagai pembelajar mandiri.
Dalam tulisannya mempertingati 500 tahun kematian Da Vinci, Bill mengungkap obsesinya pada sang maestro.
"Aku sudah membaca soal Leonardo selama beberapa dekade, termasuk biografinya tahun 2017 tulisan Walter Issacson dan di 1994, aku membeli salah satu catatanya yang dikenal sebagai Codex Leicester," ungkapnya.
Dikutip dari detikINET dari Fast Company, Codex Leicester dipublikasikan pada tahun 1510. Isinya adalah kumpulan tulisan tangan dan ilustrasi sang genius kelahiran Italia itu yang membahas beragam teori.
Leonardo coba menjelaskan berbagai fenomena seperti mengapa fosil ditemukan di pegunungan, penyebab bulan memantulkan cahaya sampai soal pergerakan air.
Sebagian teori yang dikemukakan di Codex Leicester di kemudian hari terbukti kebenarannya. Leonardo memang dikenal jago membuat teori ilmiah yang belum ada di zamannya serta juga beragam teknologi masa depan yang terbukti benar.
"Leonardo adalah pembelajar yang tak pernah puas. Dia mempelajari segala yang bisa dia lihat. Dan dia punya pandangan yang melebihi masanya. Dia mengembangkan teori tentang cara kerja katup jantung tertentu yang baru diverifikasi beberapa dekade lalu oleh ilmuwan," cetus Bill.
Bill juga amat mengagumi lukisan Leonardo. "Dia bisa memberi Mona Lisa penampilan misterius di wajahnya karena dia mempelajari semua otot yang terlibat dalam senyuman. Di Last Supper, dia dapat membuat garis perspektif tanpa cacat karena menghabiskan banyak waktu memahami bagaimana mata kita melihat obyek dari jauh," papar sang pendiri Microsoft.
Sumber:Detik.com