• Follow Us On : 
Pelaku dan Otak Teror terhadap KPK Tak Pernah Terungkap Penyidik KPK Novel Baswedan mengacungkan jempol saat tiba di RS Jakarta Eye Center, Jakarta, Selasa (11/4/2017). Foto:JIBI/Solopos/Antara/harianjogja.com

Pelaku dan Otak Teror terhadap KPK Tak Pernah Terungkap

Kamis, 13 April 2017 - 22:16:21 WIB
Dibaca: 2344 kali 
Loading...

Jakarta - Selain tim khusus yang dibentuk Polri, Presiden Joko Widodo juga diminta membentuk tim investigasi independen untuk mengungkap pelaku dan dalang teror terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Terlebih bukan sekali ini saja teror terhadap penyidik KPK terjadi.

Kepolisian dinilai tak bisa sendirian mengungkap kasus teror terhadap Novel dan sejumlah teror terhadap penyidik atau pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) selama ini.

Menurut mantan Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas, Rabu (12/4/2017), Presiden Jokowi dapat membentuk tim investigasi independen yang memadukan kepolisian dengan unsur masyarakat sipil untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap Novel.

Tim gabungan itu, tambahnya, diperlukan karena pengusutan kasus teror terhadap pegawai dan penyidik KPK selama ini tidak pernah tuntas.

”Tidak ada kata lain, Presiden sebagai Panglima Tertinggi Polri dan TNI harus membentuk tim investigasi yang independen untuk mengusut secara tuntas sosok di balik teror di lapangan yang diterima KPK. Negara tidak bisa lagi hanya sekadar berbasa-basi,” kata Busyro.

Menurut pakar hukum pidana Universitas Indonesia yang juga mantan komisioner KPK, Indriyanto Seno Adji, jika kasus teror terhadap Novel tak kunjung bisa diusut tuntas serta ditemukan pelaku dan otak di baliknya, pemerintah perlu mempertimbangkan pembentukan tim investigasi independen yang obyektif dan profesional.

”Publik pun akan terus mengawasi. Hanya saja kalau pengungkapan kasus ini menimbulkan keraguan publik atau tidak terungkap dalam batas waktu yang wajar, baru dipikirkan adanya pembentukan tim gabungan independen,” kata Indriyanto.

Peneliti Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas, Feri Amsari, juga menilai sebaiknya dibentuk semacam tim pencari fakta (TPF) untuk mengusut kasus-kasus teror terhadap KPK.

”Untuk memecahkan kasus ini, mengandalkan kinerja polisi semata bukan alternatif yang tepat. Diperlukan TPF yang beranggotakan orang- orang yang berintegritas dan memiliki pendekatan luas kepada instansi-instansi terkait sehingga bisa lebih fokus dan mampu mengungkap pihak-pihak yang berkepentingan dalam peristiwa ini,” ujarnya.

Namun, peran kepolisian tetap diperlukan karena polisi memiliki instrumen sebagai penyelidik dan penyidik yang mampu menindaklanjuti hasil-hasil temuan TPF.

Mengawasi langsung

Secara terpisah, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan, Polri telah membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap Novel. Bahkan, Tito yang mengawasi langsung kinerja tim khusus itu.

Ia memastikan tim khusus tersebut akan berupaya mengungkap dalang tindakan keji itu. Tim terdiri dari penyidik Polri, Kepolisian Daerah Metro Jaya, dan Kepolisian Resor Jakarta Utara.

Dari hasil penyelidikan awal, ujar Tito, Laboratorium Forensik Polri telah mengidentifikasi cairan air keras yang digunakan pelaku untuk menyiram wajah Novel.


Air keras itu merupakan asam sulfat (H2SO4). Namun, Tito menyatakan, tingkat kepekatan cairan asam sulfat itu tidak terlalu tinggi sehingga tak sampai menghancurkan wajah Novel.

Kemarin, polisi juga masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Deposito RT 003 RW 010, Pegangsaan Dua, Kelapa Dua, Jakarta Utara. Penyisiran lokasi dilakukan tiga anggota Polres Jakut, dipandu dua petugas keamanan.

Awalnya, polisi memeriksa lapangan di sebelah Masjid Al-Ihsan. Penyiraman air keras dilakukan dua pria seusai Novel melaksanakan shalat Subuh di Masjid Al-Ihsan.

Berikutnya, polisi kembali menyusur Jalan Deposito dan melintasi kediaman Novel. Di sekitar TKP penyiraman air keras yang sudah dipasangi garis polisi, ketiga anggota polisi menghitung kembali jarak TKP ke rumah Novel yang sekitar 30 meter.

Dari lokasi TKP penyiraman air keras, polisi melanjutkan pemeriksaan ke arah kanan menuju Jalan Taska ke Bellyra II untuk menelusuri arah sepeda motor yang ditumpangi pelaku seusai menyiram air keras ke Novel.

Penyidik melewati Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Bellyra, lalu berbelok ke arah Jalan Bellyra IV di depan pos keamanan.

Gito, salah seorang petugas pengamanan, menduga kedua pelaku sempat terjatuh ketika hendak melarikan diri lewat samping portal di pos tersebut.

”Saat kejadian, ada warga yang melihat pelaku terjatuh di sini (dekat portal),” kata Gito.

Di lokasi ini, polisi memeriksa dan memotret portal pos keamanan. Di seberang terdapat kamera pemantau (CCTV) yang dipasang di salah satu rumah warga.

Pengamanan

Terkait dengan upaya pengamanan terhadap penyidik dan pegawai KPK, Tito menekankan, teknis dan kuantitas pengamanan yang akan diberikan Polri menyesuaikan dengan permintaan pimpinan KPK.

Dia mengatakan sudah berkomunikasi dengan pimpinan KPK terkait bantuan pengamanan Polri.

”Terkadang ada hal-hal bersifat rahasia yang berkaitan dengan tugas KPK sehingga mereka tidak terlalu ingin dikawal hati-hati,” ujar Tito.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan, KPK sebenarnya punya teknik pengamanan tersendiri terhadap para pegawainya.

”Harus ada peningkatan keamanan. Tapi, bagaimana penguatan keamanan itu, kami punya teknik yang tidak bisa saya bicarakan,” kata Saut.

Saut menjelaskan, sejak beberapa waktu lalu, KPK sebenarnya telah meningkatkan pengamanan terhadap penyidik dan jaksa lembaga tersebut. Peningkatan keamanan dilakukan sejak kasus korupsi kartu tanda penduduk elektronik (KTP-el) yang ditangani KPK dilimpahkan ke pengadilan.

”Kami meningkatkan pengamanan karena membaca sinyal kecil yang mengharuskan kami lebih hati-hati,” ujarnya.(Kompas.com)

 

 



Loading...

Akses petunjuk7.com Via Mobile m.petunjuk7.com
TULIS KOMENTAR
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
Loading...
KABAR POPULER