Petunjuk7.com - Menyusul lumpuhnya aktivitas 350 hektare areal persawahan di Desa Pulo Godang, akibat jebolnya bendungan irigasi, sebenarnya pihak PT Agincourt Recourses (AR) perusahaan penambang emas di Batangtoru, sudah menawarkan solusi.
Solusinya: petani sawah diminta mengalihkan komoditas tanaman dari padi ke jagung. Kemudian, PT. AR siap memberikan bibit jagung gratis kepada petani.
Akan tetapi petani menolak, karena petani tetap membutuhkan beras sebagai kebutuhan makanan pokok.
"Kami tak sanggup makan jagung. Kami butuh beras untuk makanan pokok," kata Rahim (57) salah seorang petani kepada www.pjcnews.com, di area persawahan Pulo Godang, Desa Telo, Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel), Selasa (10/7) lalu.
Menurutnya, salah satu solusi harus segera dibenahi kembali bendungan yang sudah jebol sejak 3 tahun silam.
"Ini yang harus diselesaikan," katanya.
Diberitakan www.pjcnews.com sudah nyaris 3 tahun area persawahan seluas 350 hektare di kawasan Pulo Godang, Desa Telo, Batangtoru, Tapsel tidak berfungsi.
Padahal, selama ini, padi hasil panenan dari area ini merupakan potensi produktif menopang produksi beras konsumsi masyarakat Batangtoru serta beberapa wilayah di Tapsel.
Area lumbung beras Pulo Godang ini berposisi sekitar 2.500 meter arah barat Pasar Batangtoru. Rutenya:Masuk dari Jalan Merdeka Batangtoru tepatnya dari Simpang Desa Telo terus melewati area Perkebunan PT. Nusantara III. Kemudian, turun ke area lembah sebelah kiri dan menyeberang Sungai Batangtoru via jembatan gantung.
Kini, sekitar 500 KK petani masih menganggur menyusul jebolnya bendungan irigasi di tepian Sungai Batangtoru sejak 7 masa tanam belakangan ini.
"Akibatnya, kita kehilangan potensi produksi sekitar 200 ton per-masa panen. Masalahnya sangat krusial," kata Kepala Desa Telo, Sulaiman Siregar (52) menjawab www.pjcnews.com di ruang kerjanya, Senin (9/7) lalu.
Menurutnya, jebolnya bendungan irigasi akibat bencana banjir besar yang turut merobek tebing area persawahan bagian bibir pantai sungai 3 tahun silam.
Persoalan ini kian pelik, demikian Sulaiman mengingat Petani Batangtoru sejak ratusan tahun hanya lihai bertani untuk padi sawah. "Mereka tidak paham bertani padi darat," katanya.
Ada 4 petani yang mencoba bertahan dengan mesin pompa air yang menggunakan 4 liter minyak Solar per-hari. Namun, mesin ini hanya mampu mengairi 1 hektare sawah.
"Mesin pompa ini juga sering rusak. Padahal, biaya operasional cukup tinggi. "Inilah persoalan kami," kata Rusdin (60) petani sekaligus operator mesin, menjawab www.pjcnews.com di area persawahan.
Menurut Kades Telo, mereka sudah sering mengajukan anggaran rehabilitasi senilai Rp1 miliar kepada Pemkab Tapsel dan perusahaan pengeksploitasi emas di Batangtoru guna menyelamatkan bendungan.
"Sampai sekarang, tampaknya tidak pernah digubris," katanya.
Untuk itu, sebagai upaya lanjutan kini petani akan kembali mengajukan usulan anggaran kepada perusahaan penambang emas di Batangtoru.
"Kita minta Bupati Tapsel mengistruksikan perusahaan menanggapi usulan kami," katanya.
Tetapi, pengajuan usulan anggaran tersebut diikuti demonstrasi ratusan KK petani katanya ke Kantor Bupati Tapsel sebagai pressure. Acara ini digelar dalam waktu dekat.
"Demonstrasi ini merupakan upaya terakhir. Dan kami tengah merancang tindakan penekanan ini," katanya.
Sumber:PJCNEWS.COM