Petunjuk7.com - Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun mengatakan, Partai Politik (Parpol) akan rugi jika memilih sosok Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang tidak tepat. Sebab, suara parpol ini akan sulit didongkrak di pemilihan.
"Karena 2019 itu Pilpres dan Pilegnya digabung sekaligus, serentak, sehingga kalau parpol tidak mengajukan calon atau kandidat yang punya asosiasi kuat terhadap parpolnya, suaranya bisa rontok," ujar dia, Senin (20/3).
Karena itu, Rico melanjutkan, parpol-parpol memang sebaiknya mengusung kandidat-kandidat yang punya asosiasi kuat terhada parpol itu sendiri.
Misalnya PKB atau PDIP atau Demokrat kalau mengajukan kandidat yang asosiasi terhadap parpolnya lemah.
"Justru akan berbahaya bagi elektabilitas mereka (parpol) di 2019," ujarnya.
Kendati demikian, parpol tetap harus mengusung kandidat dari parpol lain untuk memperluas basis massa.
Ia mencontohkan, jika PDIP menyandingkan Joko Widodo (Jokowi) dengan Puan Maharani, meski Puan kuat asosiasi dengan PDIP, tetap saja sulit untuk menaikkan suara karena basis massa Puan dan Jokowi itu sama.
Rico mengungkapkan, memilih Puan Maharani sebagai cawapres pendamping Jokowi tidak akan mampu menaikkan jumlah suara mantan Wali Kota Surakarta itu di Pilpres 2019. Sebab keduanya sama-sama dari PDIP.
"Dengan memilih Puan, tidak akan bisa memperlebar ceruk pemilih Jokowi, karena dua-duanya kan sama-sama PDIP," katanya.
Apalagi, saat ini masyarakat lebih banyak yang memilih capres alternatif ketimbang sosok capres yang sudah tak asing lagi, seperti Jokowi dan Prabowo Subianto.
Menghadapi arus pemilih yang seperti itu, maka Jokowi seharusnya memilih pendamping dari basis massa yang berbeda.
"Jokowi akan berhadapan bukan hanya dengan partai pendukungnya saja, tapi juga arus pemilih pemimpin baru yang di luar juga banyak sekali. Kalau Jokowi tidak memperluas ceruk pemilihnya dengan kembali memilih kader PDIP, wah suara pendukung Jokowi itu akan pindah ke arus pemimpin baru," tuturnya.
Sumber:Republika.co