Sumatera Barat - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Provinsi Sumatera Barat belum bisa memenuhi tingginya permintaan kopi Arabica yang diminta eksportir di daerah tersebut.
"Kopi Solok Arabica merupakan kopi kualitas terbaik yang mulai banyak dikenal, tapi karena keterbatasan lahan belum bisa memenuhi permintaan eksportir," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok Admaizon di Arosuka, Minggu (14/1).
Ia menjelaskan produksi kopi yang mulai dikembangkan sejak 1992 itu pada tahun 2016 mencapai 743 ton, sedangkan hingga Juli 2017 mencapai 293,92 ton biji kering. Sedangkan luas lahan yang belum menghasilkan pada 2017 mencapai 487 Ha, dan luas lahan yang menghasilkan 1.079 Ha. Dengan luas lainnya total lahan mencapai 1.660 Ha.
Pedagang Singapura, Jepang dan Vietnam yang datang ke Solok langsung membeli kopi kepada petani. Jika mendapat 100 kilogram akan langsung dibeli.
Ia mengatakan kendala dalam mengembangkan kopi karena pemikiran instan petani yang ingin hasilnya cepat. Padahal tanaman kopi memerlukan waktu hingga 18 bulan untuk berbuah pertama kali.
Untuk itu, dinas tetap membantu para petani memperbanyak pembibitan dengan pembagian dari kelompok. Selain itu, mengajak para pemuda untuk ikut mengembangkan kopi arabica seperti di Aia Dingin dan Surian.
"Karena untuk menanam kopi harus diketinggian minimal 900 mdpl seperti di Kecamatan Lembang Jaya," ujarnya. Jadi, jika ada ekportir yang ingin membeli kopi langsung kontrak dengan koperasi-koperasi yang menyediakan kopi arabica di Solok.
Sumber:Antarasumbar.com