• Follow Us On : 
Banjir: Ketinggian Air Satu Hingga Dua Meter di Medan, Dua Orang  Bocah Tewas Suasana duka rumah korban banjir Muhammad Ihsan. Foto:Tribunmedan.com

Banjir: Ketinggian Air Satu Hingga Dua Meter di Medan, Dua Orang Bocah Tewas

Senin, 04 Desember 2017 - 13:05:42 WIB
Dibaca: 2152 kali 
Loading...

Sumatera Utara - Erni meneteskan air mata saat keliling kampung mencari anaknya Muhammad Ihsan (7), yang tenggelam ketika terjadi banjir di permukiman padat penduduk, Jalan Brigjen Katamso, Gang Merdeka, Sei Mati, Medan Maimoon, Minggu (3/12).

Banjir setinggi satu meter hingga dua meter di tiga kelurahan di Kota Medan tersebut berujung dua korban meninggal. Korban tersebut adalah Ihsan dan Muhammad Noval Zaki (5). Jasad kedua anak itu ditemukan berdekatan, berjarak sekitar 20 meter.

Saat melakukan pencarian, warga lebih dulu menemukan jasad Zaki, warga Gang Bidan, Seimati, Medan Maimoon. Dapat kabar Zaki meninggal tenggelam, Erni mendatangi konsentrasi warga di Gang Merdeka, Jalan Brigjen Katamso. Ia meneteskan air mata, anaknya mendadak hilang.

Perempuan berkulit sawo matang tersebut juga mempertanyakan keberadaan teman sebaya Ihsan, namun tidak ada yang melihat. Karena itu, ia meminta tolong kepada warga kampung mencari anaknya.

"Anakku, Ihsan enggak nampak, dan enggak ada yang tahu, tolonglah Pak, bantu cari entah ke mana dia tidak kelihatan," ujarnya sambil meneteskan air mata di hadapan warga yang berkumpul, Minggu siang.

Setelah mendengar penjelasan itu, belasan warga yang berkumpul berpencar mencari Ihsan. Mereka menelusuri kawasan perkampungan yang terendam banjir. Erni bersama beberapa rekannya juga keliling kampung sembari meminta bantuan warga mencari putranya.

Raut wajahnya muram saat mondar-mandir mencari Ihsan. Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 12.45 WIB atau usai Azan Zuhur berkumandang, warga bernama Dodi menemukan jasad Ihsan. Saat itu, Dodi, yang mencari Ihsan di perkampungan yang teredam air meresa memijak sesuatu.

"Aku menelusuri perkampungan yang tergenang air. Pada mulanya, aku merasa memijak benda. Setelah aku naikkan rupanya karet ban. Setelah itu, aku menduga anak itu tenggelam tidak jauh dari lokasi itu. Jadi, saat aku merasa memijak benda lagi, langsung aku naikkan pakai kaki dan terlihat pakaian," kata Dodi menceritakan proses penemuan jenazah Ihsan.

Dodi pun menarik kaus warna biru, yang ternyata pakaian Ihsan. Ia kemudian menggendong tubuh Ihsan dan membawanya ke arah kumpulan warga. Suara tangis pun menggema di lokasi.

Pria berbadan gempal itu kemudian menyerahkan jasad Ihsan kepada petugas BPBD Kota Medan dan beberapa warga di bagian depan Gang Kenanga. Jenazah Ihsan dibawa ke Rumah Sakit Teratai.

Saat ditemukan, putra pasangan Ahmad Sani dan Erni tersebut sudah tak bernyawa. Sekujur tubuhnya membiru. Jenazah Ihsan dikebumikan pukul 17.00 WIB, setelah dilakukan fardu kifayah.

Sebelumnya, warga menemukan Zaki tidak bernyawa karena tenggelam pada pukul 10.30 WIB. Zaki merupakan anak pasangan Irwanto (42) dan Khadijah (40). Zaki ditemukan setelah satu jam tenggelam di tengah permukiman warga yang banjir.

Warga Gang Merdeka Siti Mariam (29) mengatakan, puluhan warga membantu mencari Zaki. Warga memanggil petugas kepolisian dan tim BPBD Kota Medan agar proses pencarian lancar.

"Proses pencarian selama satu jam. Kejadian pukul 09.30 WIB dan baru ditemukan satu jam kemudian," ujarnyasaat ditemui di lokasi banjir.

Ia menambahkan, Zaki ditemukan di bawah pohon jambu. Kala itu, warga yang mencari jasad Zaki merasa memijak sesuatu, yang ternyata jasad Zaki. Warga kemudian membawa jasad Zaki ke klinik terdekat. Saat itu, mulut Noval sudah berbui sehingga langsung dilarikan ke Rumah Sakit Teratai, Kampung Baru.

"Tim dokter menyatakan anak itu sudah tidak tertolong lagi. Sehingga, jenazahnya diibawa ke rumah keluarga di kawasan Simpanglimun," katanya.

Ia kemudian menceritakan, kronologi tenggemanya Zaki. Katanya, Zaki mengikuti Irwanton, ayahnya dari belakang. Tapi, Irwanto enggak menyadari anaknya ikut berjalan di belakangnya menyusuri genangan air setinggi satu meter.

"Ayahnya mau ngantar sarapan untuk mamaknya (ibu Zaki). Jadi, si anak itu ditaroh di atas tangga kedai jualan. Tapi, anak itu turun dan mengikuti ayahnya dari belakang, jadi tenggelam," ujarnya.

Sebelum Zaki mengikuti ayahnya dari belakang, lanjutnya, para warga sudah melarang anak itu turun, karena arus air banjir lumayan deras. Tapi enggak digubris.

"Habis itu terseret air dia sekitar dua meter. Saat ayahnya balik, anaknya udah enggak ada. Kami pakai kaki meraba, karena anak itu sudah tenggelam," ungkapnya

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan Arjuna Sembiring menjelaskan, banjir di Kota Medan merupakan dampak dari tingginya curah hujan di hulu, yakni Kabupaten Tanah Karo, Sibolangit, Deliserdang dan di Kota Medan dan sekitarnya.

"Dari BMKG sudah diberitahu bahwa curah hujan meningkat, sehingga kami informasi kepada warga khususnya yang tinggal di bantaran sungai untuk waspada. Ada dua warga yang meninggal tenggelam akibat orangtua kelupaan, sehingga anak-anak dibiarkan bermain," katanya.

Berdasar Informasi dari Manager Pusdalops M Yunus, banjir merendam tiga keluharan, yakni Kelurahan Seimati, Kelurahan Aur, dan Kwala Bekala, Medan Johor. Permukaan air Sungai Deli naik berkisar 25 sentimeter hingga 50 sentimeter.

Adapun jumlah penduduk di Jalan Brigjen Katamso, Gang Merdeka, Lingkungan VIII dan IX, Kelurahan Seimati, 717 kepala keluarga. Warga memilih bertahan di rumah masing-masing alias enggak mengungsi akibat banjir.

Sedangkan, warga Jalan Sudirman Lingkungan II dan IV, Kelurahan Aur, Medan Maimoon yang terendam air setinggi 1,5 meter hingga dua meter mencapai 278 kepala keluarga. Kemudian, warga Jalan Luku, Gang Bersama, Lingkungan III, Kelurahan Kwala Bekala, Medan Johor yang kebanjiran mencapai 145 kepala keluarga.

"Untuk kawasan Medan Johor air mengalami kenaikan setinggi 150 sentimeter-200 meter dan sebagian warga bertahan di rumah masing-masing. Ada delapan orang warga mengungsi di Masjid Al Mutaqqin," ungkapnya.
Kena Petir

Selain dua korban tenggelam akibat banjir, hujan deras yang disertai petir di Kota Medan juga memakan korban jiwa di Sari Rejo, Kecamatan Medan Polonia. Heri Lubis (38) alias Heri Kambing tewas setelah disambar petir saat mancing di kolam, Jalan Bilal Gang Kolam Sari Rejo, kemarin.

"Korban sedang memancing saat hujan deras dan petir tersebut. Dia mancing sama temannya bernama Dian," kata pemilik kolam pancing, Subandi .

Ia menambahkan, sebelum kejadian, Heri dan Dian tetap memancing saat hujan. Mereka berlindung di bawah atap rumbia kolam pancing. Dian terlihat sedang menelepon. Usai menelepon, ia memasukkan ponselnya ke tas kecil yang dipakainya.

Beberapa menit kemudian petir menyambar Heri dan Dian. Mereka tampak kejang-kejang. "Saya langsung mendatangi kedua korban untuk melihat kondisinya. Kedua korban kejang-kejang sambil melotot," kata Subandi.

"Korban yang diketahui bernama Dian sempat mengatakan 'aduh panas kali badanku ini," tambahnya.
Usai tersambar petir, Heri meninggal di tempat. Sementara Dian dilarikan ke RS Fajar.

Namun karena alat medis tidak memadai, Dian dibawa ke RS Mitra Sejati, Jalan Jenderal AH Nasution.

Sumber:Tribunmedan.com










Loading...

Akses petunjuk7.com Via Mobile m.petunjuk7.com
TULIS KOMENTAR
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
Loading...
KABAR POPULER