Sudah 350 Ribu Orang, Gerakan Petisi Cabut Nobel Suu Kyi
Jakarta -- Desakan agar komite Nobel perdamaian menarik penghargaan dari tangan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi semakin menguat dengan petisi yang menyerukan hal itu ditandatangani lebih dari 350 ribu orang di seluruh dunia.
Petisi yang diunggah di situs Change.orgitu diciptakan Emerson Yuntho dari Indonesia.
"Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyu praktis tidak berbuat apapun untuk menyetop kejahatan kemanusiaan di negaranya," demikian bunyi petisi tersebut.
Hanya saja, sebelumnya panitia Nobel telah menegaskan mereka tidak akan pernah mencabut kembali penghargaan.
Sepanjang sejarah, komite Nobel yang seluruh anggotanya dipilih parlemen Norwegia itu memang belum pernah menarik kembali penghargaan, meski beberapa pemenang menuai kontroversi.
Dalam wawancara kepada AFP, ketua komite Nobel Olav Njolstad mengatakan bahwa komite hanya memperhitungkan perjuangan atau karya-karya pemenang sebelum penghargaan diberikan.
Hal ini yang membuat mereka tidak pernah menarik kembali Nobel, meski di kemudian hari pemenang bertindak kontroversial.
Suu Kyi sendiri diberi Nobel pada 1991 ketika ia masih ditahan di rumah oleh junta militer Myanmar. Ia baru dibebaskan pada 2010 dan kemudian memimpin partainya untuk memenangi pemilihan umum pertama setelah kemerdekaan.
Namun dalam satu pekan terakhir kepemimpinannya menuai kritik setelah terjadi bentrokan antara militer dengan kelompok bersenjaya Rohingnya.
Bentrokan itu, menurut data PBB, membuat setidaknya 164 ribu warga Rohingnya coba mengungsi ke Bangladesh.
Suu Kyi mengklaim bahwa ada kesalahpahaman besar soal krisis di area Rakhine, Myanmar, tersebut dan menyebut orang-orang yang mengkritiknya "mempromosikan kepentingan para teroris." (CNNindonesia.com)