Masyarakat di Karo Dinilai Masih Ada Abai Menerapkan Physical Distancing
Petunjuk7.com - Sudah lebih dari 8 bulan pandemi Covid-19 masih melanda. Jumlah kasus terkonfirmasi positif di Indonesia khususnya di Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara hingga kini masih terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan data dari Dinas Kominfo Kabupaten, dinyatakan jumlah pasien positif Covid - 19 mencapai 290 orang .
Sehingga, berbagai upaya guna memutus mata rantai penyebaran virud tersebut sudah dilakukan pemerintah, salah satunya yaitu penerapan physical distancing.
Namun mirisnya, masih ada masyarakat yang tidak disiplin menerapkan hal tersebut. Hal ini seringkali terlihat di jalanan, warung makan, cafe, hingga perkampungan, masih ada yang berkerumun dan duduk berdekatan. Apalagi, saat menggelar acara prosesi pesta adat di perkampungan maupun di perkotaan dan di terminal. Artinya, masyarakat belum sepenuhnya mendukung pemerintah untuk memutus 'mata rantai' Covid-19.
Padahal, bisa saja orang yang berada disekitar mereka sudah terjangkit Covid 19, akan tetapi tidak ada gejala atau biasa disebut Orang Tanpa Gejala (OTG) yang dapat menyebarkan virus kepada anak - anak, bahkan orang yang lanjut usia.
Hal ini juga disebabkan banyak asumsi - asumsi saat ini terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu, seperti virus tersebut yang eksistensinya diragukan.
Anggapan bahwa anak muda lebih kebal daripada orang tua, dan asumsi lainnya. Bahkan ada juga yang beranggapan jika sudah memakai masker berarti sudah menerapkan physical distancing tetapi masih melakukan kontak sosial.
Salah satu bentuk kurangnya penerapan physical distancing yaitu pada saat pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Kabupaten Karo.
Masih terlihat banyak masyarakat yang lupa untuk menerapkan physical distancing. Bahkan, physical distancing juga masih belum diterapkan di sejumlah pasar di Kabupaten Karo khususnya .
Kondisi paling parah terjadi di pusat perbelanjaan atau salah satunya di pesta adat, bahkan sudah banyak kelihatan di desa - desa maupun di kota.
Bahwa untuk memutus 'mata rantai' Covid 19 tidak ada lagi kerja samanya dengan pemerintah. Seakan akan , Covid 19 ini tidak ada lagi. Apalagi di pusat pasar tradisional terlihat ramai tanpa menerapkan protokol kesehatan .
Satu hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah disiplin menerapkan physical distancing dan harus menjaga jarak dua (2)meter serta mematuhi protokol physical distancing agar cepat berakhir.
Seharusnya masyarakat mau bekerja sama untuk menekan laju penyebaran Covid-19 ini dikarenakan tenaga dokter dan perawat yang terbatas. Jika dilakukan secara benar, hal ini terbukti dapat menurunkan angka penularan secara berkala.
Wakil Ketua Relawan Covid 19 Desa Lingga Julu, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Rianto Ginting ketika dikonfirmasi wartawan, Sabtu (7/11/2020) terkait penanganan Covid 19, mengatakan "kita sebagai relawan sudah melakukan sosialisasi tentang bahaya Covid dan bagaimana pencegahannya," katanya.
"Dengan selalu cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, khusus pesta adat kita sudah membuat kesepakatan bersama warga dengan jumlah undangan yang dibatasi. Tidak pakai hiburan/alat pengeras suara agar tidak memancing kerumunan, jaga jarak dan semua warga sudah di beri masker 2 per kepala keluarga dari anggaran dana desa tapi kenyataannya semua diabaikan. Jadi kita harapkan agar semua taati dan kesadaran sendiri untuk kesehatan sendiri dengan cegah bersama sama. Yang perlu dilakukan sekarang yaitu kita bersama - sama saling membantu untuk berusaha memutus rantai penyebaran virus ini. Kita harus sadar untuk saat ini physical distancing adalah cara yang efisien. Walaupun memang kebijakan physical distancing ini banyak mempengaruhi kontak sosial kita untuk beberapa waktu ke depan," sebut Rianto. (KS).