DPN PETANI: Pancasila Didalam Negara Gotong Royong, dan Tidak Ada Toleransi Terhadap Teroris
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Persaudaraan Mitra Tani Nelayan Indonesia (DPN PETANI) Satrio Damardjat menyatakan sikap tentang terorisme dan radikalisme.
Ada isi dari pernyataan sikap tersebut ada enam, sebagai berikut;
Pertama: DPN PETANI prihatin dan berduka sedalam-dalamnya atas terjadinya pemboman di tiga tempat ibadah di Surabaya pada hari Minggu, 13 Mei 2018.
Serta mengucapkan duka cita yang mendalam atas korban terorisme yang terjadi di Markas Komando (Mako) Brimob.
Karena Kedua peristiwa tersebut merupakan bentuk nyata radikalisme yang telah merongrong kewibawaan negara dan meyengsarakan Rakyat.
" Apa yang terjadi di Mako Brimob dan pengeboman di Surabaya merupakan satu rangkaian peristiwa yang nyata-nyata bertujuan melawan negara, dan intimidasi bagi rakyat Indonesia dengan menyebarkan terorisme. Negara harus kuat dan tidak boleh kalah dan harus melakukan mobilisasi seluruh instrumen negara termasuk PETANI untuk melawan terorisme," tegas Satrio kepada www.petunjuk7.com melalui pesan elektronik, Senin (14/5).
Kedua: DPN PETANI mengutuk setiap tindakan kekerasan yang dilakukan kaum teroris dan ikut belasungkawa kepada segenap para korban.
"Mudah-mudahan mereka mendapatkan kelapangan di alam baka dan segenap keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran. Atas kedua kejadian kejahatan kemanusiaan yang terjadi tersebut, Keluarga Besar PETANI memberikan dukungan penuh kepada kepada pemerintah untuk melawan segala bentuk terorisme yang ada di bumi pertiwi tercinta ini," ujar pegiat tani nelayan tersebut.
Ketiga: Negara berkewajiban melindungi rakyat. Sebab hukum tertinggi dalam negara adalah kedaulatan negara itu sendiri.
"Siapapun yang merongrong kewibawaan negara harus di Lawan. Dengan menggunakan seluruh seluruh kekuatan yang ada, serta menggalang kekuatan rakyat Indoesia tanpa terkecuali dari semua lini termasuk PETANI untuk terlibat aktif di dalam melawan paham radikalisme," sebutnya.
"Demikian juga kepada pihak penegak hukum Kejaksaan Agung dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), untuk mengambil langkah tegas demi menjaga keamanan Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 serta memastikan kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa tidak akan ada celah sedikit pun bagi siapapun termasuk paham radikalisme untuk mengganti Dasar Negara dan Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia." Jelasnya.
Empat: DPN PETANI meyakini dengan membumikan Pancasila dalam Negara Gotong Royong secara utuh dan menjalankan agama secara benar Indonesia mampu melewati segala cobaan.
"Inilah saatnya seluruh warga negara bahu membahu bergotong royong menolak setiap hasutan dan melaporkan setiap gerak gerik yang mencurigakan yang bertujuan memecah belah rakyat serta melakukan tindakan teror yang meresahkan rakyat kepada pemerintah," tuturnya.
Lima: DPN PETANI berharap peristiwa ledakan bom yang dialami korban yang terjadi di Mako Brimob dan korban Bom Surabaya menjadi tragedi yang terakhir.
Karena Kedua peristiwa tersebut menjadi batas akhir bagi negara untuk tidak boleh lengah apa lagi kalah terhadap gerakan terorisme di Indonesia.
" Kepada seluruh PETANI dan masyarakat yang selama ini diam harus bangkit dan tidak boleh takut terhadap terorisme. Sebab mereka adalah para pengecut yang tidak boleh hidup di Negara Indonesia yang cinta damai dan berbudaya adiluhung," terangnya.
Enam: Menyerukan kepada seluruh keluarga besar PETANI bahwa, segera PETANI merapatkan barisan melawan maju tak gentar terhadap terorisme dan membumikan Pancasila dalam negara gotong royong.
" Jadikanlah saudara-saudara semua kaum PETANI menjadi benteng Pancasila untuk mencapai Negara Welferestate sebagaimana yang di cita-citakan para pendiri Republik Indonesia tercinta Ini." Tutup Ketum DPN PETANI ini. (Rilis Bidang Propaganda dan Jaringan PETANI)
