Petunjuk7.com - Tabloid Obor Rakyat yang sempat memicu kontroversi ketika kampanye pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 silam, kini terbit lagi disaat memasuki musim politik (jelang pilpres 2019).
Berbagai pihak pun menyakini bahwa kemunculan Tabloid publik tanah air bakal kapok dan tidak dipercaya lagi.
Demikian disampaikan Peneliti Formappi Lucius Karus menyarankan agar publik yang masih percaya dengan obor rakyat segera bertaubat.
Kata Lucius, tidak dipungkiri jika ditahun politik ini ada segelintir orang yang masih percaya tabloid tersebut.
"Ini menyesatkan, jualan gagal di Pemilu 2014. Harusnya bertaubat jika pernah percaya dengan obor rakyat," ungkap Lucius.
Hal itu mengemuka dalam diskusi publik bertema "Obor Rakyat, Masih Percayakah Kita ??" yang diinisiasi Relawan Bergerak Bersatu (RBB) di Mie Aceh Cikini Menteng Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2019).
Lebih lanjut, Lucius mengatakan 2019 adalah pertarungan ulang Capres Jokowi dan Prabowo dan reborn obor rakyat juga menjadi kelahiran ulang. Kata dia, sulit mengatakan jika kemunculan Obor Rakyat tidak berkaitan dengan politik.
"Dimasa lalu, Obor Rakyat bermain di lahan ini dan kini muncul lagi pada moment sama di tahun politik. Saya kira situasi kemunculan obor rakyat saat pemilu hampir sama. Ini pertandingan ulang dan sulit untuk menyangkal hadirnya lagi dalam konteks sama gagal mencapai hasil," bebernya.
Sementara itu, Pengamat Politik Indonesian Public Institute (IPI) Jerry Massie berpesan agar Obor Rakyat bisa menjadi media corong politik kulkas bukan politik kompor. Kata dia, kulkas itu mendinginkan dan kompor sebaliknya.
"Obor rakyat ini harapannya bisa jadi politik kulkas bukan kompor. Jangan buat chaos dengan pemberitaan miring dengan narasi yang mengintimidasi. Sebagai media harus memberikan pencerahan, edukasi, informasi yang akurat, berimbang dan kredibel," kata Jerry.
"Anehnya, media ini hanya muncul di moment pilpres ada apa? seyogianya media Obor Rakyat menyampaikan berita yang nyata dan benar bukan hanya khayalan. Jangan beritanya berisi propaganda, konspirasi, tendensius, provokasi dan manipulasi," kata peneliti politik dari Amerika ini.
"Obor rakyat banyak-banyaklah istighfar," ucap dia lagi.
Menurutnya, Obor Rakyat bukanlah media petarung, harusnya laksanakan saja acara launchingnya.
"Itu bukan petarung, laksanakan saja harusnya," tambah Jerry.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Silaturahim Keraton Nusantara, Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro menuturkan ada kelompok besar yang ingin menjatuhkan Jokowi dengan membiayai Obor Rakyat.
Salah satunya adalah para mafia minyak dan gas (migas), dan berbagai macam cara mereka membuat hoax.
Ditempat yang sama, Pengamat Hukum Saor Siagian mendorong agar Dewan Pers bisa melakukan pekerjaan mengawasi kemunculan Obor Rakyat.
"Kita dorong lagi agar Dewan pers melakukan pekerjaan itu. Dan Dewan Pers pernah sampaikan bahwa Obor Rakyat ini bukan produk jurnalistik," sambung Saor.
Lebih jauh, Saor menuding bahwa Obor Rakyat yang pernah bermasalah itu sebagai pengkhianat insan pers.
"Jadi itu yang saya bilang tadi, ini sesungguhnya pengkhianat daripada negara dan insan pers," pungkasnya. (Hap/rls).