Kepala SMPN 3 Berastagi 'Jemput Bola' Tugas Sekolah saat Pandemi Covid - 19
Petunjuk7.com - Kepala Sekolah Menengah Negeri (SMPN) 3 Berastagi Kabupaten Karo dan guru rela melewati angin malam saat mengantar lembar tugas siswa/i secara langsung ke rumahnya di Gang Sibayak, Berastagi , Selasa (30/3/2021) sekitar Pukul 19: 30 WIB.
Selain ke perekonomian, dampak pandemi Covid-19 juga terasa ke dunia pendidikan.
Sejak adanya pandemi ini, kebijakan - kebijakan baru pun mulai diterapkan di dunia pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan kebijakan belajar di rumah bagi pelajar hingga setingkat mahasiswa.
Pembelajaran yang dikenal dengan sistem daring (online) mulai digeluti bagi semua siswa.
Penerapan kebijakan belajar melalui sistim daring mungkin tak menjadi masalah di area perkotaan karena dukungan infrastruktur telekomunikasinya seperti koneksi internet yang baik.
Akan tetapi beda halnya dengan nasib para pelajar dan guru di pedesaan yang jauh dari akses dan kemudahan internet.
Ya, itulah yang dialami sejumlah siswa SMP Negeri 3 , Kabupaten Karo karena tidak semua siswa dapat menikmati akses internet.
Keterbatasan piranti seperti telepon genggam, atau bahkan jaringan internet yang semulus perkotaan menjadi kendala.
Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat juang untuk memajukan dunia pendidikan.
Seperti yang dilakukan Sri Henni Br Saragih, Kepala Sekolah SMP N 3 Berastagi Sekolah yang terletak di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo ini terletak di wilayah paling pinggir di Kecamatan Berastagi.
Sejak sekitar bulan Maret sudah menerapkan sistim pembelajaran di rumah dengan memanfaatkan daring.
Berdasarkan Surat Edaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, pemberlakuan belajar di rumah dilaksanakan hingga batas waktu yang belum ditentukan .
Hal ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus Covid -19.
Berbagai upaya pembelajaran dicoba, mulai dari penggunaan google classroom hingga aplikasi Whatsapp.
Namun apa daya, tidak semua tenaga pendidik menguasai sistem daring ini. Siswa pun juga ada yang tidak memiliki telepon genggam atau pun jaringan internet lancar.
Akhirnya Sri Henni Br Saragih bersama guru lainnya sepakat untuk melakukan 'jemput bola' dengan mengantar tugas sekolah secara langsung ke rumah siswa.
Guru harus menyusun program belajar dan tugas yang bisa digunakan siswa saat belajar di rumah selama satu minggu. Kemudian pada hari Sabtu, guru mengambil kembali hasil pengerjaan siswa untuk dikoreksi.
Mereka rela berjalan kaki dengan menaiki mobil angkutan hingga melewati kencangnya angin dan derasnya hujan .
Selain berjalan kaki, ada pula beberapa alternatif jalan lainnya. Namun jarak tempuh perjalanan harus dilalui berputar sejauh lebih kurang 5 kilometer.
Para guru memilih untuk melalui jalan tercepat meski harus turun naik angkot guna mengantar materi pembelajaran ke rumah siswa.
"Dari situasi pandemi ini, kami mengambil hikmah bahwa perjuangan anak didik kami dalam memperoleh pendidikan tidaklah mudah. Kami harus berjuang demi mereka agar dapat selalu belajar. Semoga pandemi COVID-19 ini segera sirna," ujar Sri Henni Br Saragih. (S.Surbakti)