MENU TUTUP
Bumi Turang

Cerita Petani di Karo Saat Harga Kol Rp200/Kg, Ada yang Tidak Panen dan Membiarkan Busuk di Ladang

Sabtu, 12 September 2020 | 17:31:31 WIB Dibaca : 3960 Kali
Cerita Petani di Karo Saat Harga Kol Rp200/Kg, Ada yang Tidak Panen dan Membiarkan Busuk di Ladang Seorang petani sayur kol di Berastagi yang dibiarkan tanamanya membusuk di ladang akibat harganya Rp200/Kg, Sabtu (12/9/2020 siang. Foto: KS
Loading...

Petunjuk7.com - Akibat harga sayur kol turun drastis di kisaran Rp200 per kilo gram (kg), beberapa petani di Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Kecamatan Simpang Empat, Merek dan Tigapanah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatra Utara membiarkan sayur kol tersebut membusuk di ladang mereka.

Demikian diungkapkan oleh seorang petani sayur kol bernama Ardi Ginting (30) kepada wartawan, Sabtu (12/9/2020) siang.

"Mau dipanen harganya sangat murah, untuk ongkos panen saja tidak nutup,” ungkap Ardi yang mengeluhkan soal harga kol tersebut.

Ardi menyebutkan, kali ini mengalami gagal panen. “Empat bulan yang lewat harga kubis mencapai Rp3.000 per kilo gram, tapi saat ini harga di tingkat petani hanya Rp200 per kilo di lahan pertanian. Harga Rp 3.000 itu hanya bertahan beberapa bulan saja. Setelah itu? terus menurun hingga Rp. 200 per kilogram. Itupun tergantung dari kualitasnya,” sebut Ardi.

Sebab, lanjut Ardi, Untuk biaya perawatan hingga masa panen membutuhkan biaya sebanyak Rp10 juta. Dengan harga kubis Rp200 sudah dipastikan akan mengalami kerugian yang cukup besar.

“Padahal kubis sudah saya semprot secara intensif agar tidak mudah busuk. Kubis - ubis milik saya tetap busuk, sekarang hanya bisa digunakan sebagai tambahan pupuk,” ungkap Ardi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ruben Karo - karo seorang petani kubis di Kecamatan Merek. Ia mengatakan harga kubis selama tiga bulan ini turun menjadi Rp. 300 sampai 200 per kg.

"Kami tak bisa berbuat apa - apa melihat harga kubis turun. 3 bulan yang lewat harga kubis masih Rp. 3000 per kg,” kata Ruben.

Ruben menyebutkan, bahwa upah memotong sayur kubis dan upah angkutannya lumayan besar.

”Kalau di lahan pertanian harga kubis mencapai 200 per kg,” kata Ruben petani yang memiliki lahan kubis seluas 1 hektar ini.

"Kalau dalam kondisi normal, harga kubis Rp 1.000-Rp 1.500 per kilogram. Namun, saat ini harga kubis terjun bebas, menjadi Rp 200 hingga 300 per kilogram. Kalau harganya demikian, bagaimana kami bisa mengeruk keuntungan,” sebut Ruben.

Ruben menjelaskan, jika harga masih Rp 1.000 hingga Rp 1.500 per kilogram, petani masih bisa mendapatkan penghasilan. 

“Kalau harga kubis menjadi Rp 200 per kilogram, dalam 1 hektar lahan kubis hanya mampu mendapatkan Rp 2 hingga 3 juta. Bahkan, ada yang malah rugi,” ujarnya.

"Dalam 1 hektar lahan, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani kubis Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. Biaya tersebut dikeluarkan untuk membeli bibit kubis. Selain itu, juga ada biaya perawatan dan upah para buruh tani," beber Ruben.

Terkait harga sayur, seorang pedagang sayur, Juli Sembiring, kepada wartawan, Sabtu (12/10/2020) mengungkapkan, bahwa anjloknya harga sayuran disebabkan karena banyaknya stok dari petani. Hal itu dirasakan mulai pertengahan musim penghujan tahun ini, dan masih terus berlanjut sampai sekarang.

“Kalau musim hujan seperti ini stok sayuran dari petani sangat banyak, sehingga harganya turun. Sebenarnya juga kasihan pada petani, mereka pasti mengalami kerugian. Tapi kami juga tidak bisa berbuat banyak,” kata Juli. (KS).

Loading...
Berita Terkait +
Loading...
TULIS KOMENTAR +
TERPOPULER +
1

Kejaksaan Negeri Karo Masuk Ke SMA N 1 Tiganderket, Halfeus Hangoluan Samosir SH: Membangun Generasi Muda Berintegritas

2

Ukur Kemampuan Fisik Prajurit, Kodim 0205/TK Gelar Kesegaran Jasmani (Garjas) Periodik I Tahun Anggaran 2024

3

Memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024, Bupati Karo membacakan sambutan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia

4

Jaga Hubungan yang Baik, Babinsa Koramil 06/MT Komsos dengan Warga Binaan

5

Ciptakan Keamanan Dan Pantau Harga Sembako, Babinsa Koramil 05/Payung Sambangi Pasar Tradisional